REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gubernut The Federal Reserve menyatakan tantangan The Fed ke depan adalah menciptakan kebijakan penyesuaian suku bunga yang bisa menghindarkan AS dari siklus naik turun (boom-bust cycle).
Ke depan, The Fed akan tetap menaikan suku bunga secara bertahap yang diharapkan bisa menekan tingkat pengangguran dan menaikkan inflasi. Langkah itu diharapkan bisa menghindarkan AS dari potensi resesi.
''Kebijakan monteter yang terlalu lambat punya risiko,'' kata Yellen seperti dikutip USA Today, Rabu (22/11).
Tingkat pengangguran 4,1 persen merupakan yang terendah dalam 17 tahun belakangan. Itu bisa memacu kenaikan inflasi secara tiba-tiba dan memaksa The Fed menaikkan suku bunga agresif yang justru berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
''Kami tidak ingin menghadapi naik turun seperti itu,'' ucap Yellen.
Yellen melihat inflasi sudah mulai bergerak ke arah yang The Fed inginkan di level dua persen. Hal itu disebabkan beberapa faktor temporal termasuk perang harga perusahaan ponsel.
Presiden Donald Trump sendiri tak akan memperpanjang keberadaan Yellen di The Fed dan menggantikannya dengan Jerome Powell. Yellen adalah gubernur wanita pertama di The Fed sekaligus gubernur pertama yang tidak ditawari untuk menjabat dua periode.
Mantan kepala Bank of England itu mengaku menikmati hubungan dengan para pejabat di era Obama dan Trump selama ia memimpin The Fed. Tentu saja, kata Yellen, interaksi itu punya aturan. ''Aturan pertama adalah, The Fed merupakan institusi mandiri dan harus membuat keputusan moneter sendiri,'' ungkap dia.
Ia menyatakan, semua pejabat yang berinteraksi dengannya selama ia berada di The Fed memahami urgensi kemandirian The Fed.