REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berbalik menguat 138,5 poin atau 0,84 persen ke level Rp 16.353,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (24/6/2025). Penguatan rupiah terjadi usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Iran dan Israel.
“Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada Senin bahwa Israel dan Iran telah sepenuhnya menyetujui gencatan senjata, menambahkan bahwa Iran akan segera memulai gencatan senjata, diikuti oleh Israel setelah 12 jam. Jika kedua belah pihak menjaga perdamaian, perang akan resmi berakhir setelah 24 jam, mengakhiri konflik selama 12 hari. Trump mengatakan bahwa gencatan senjata ‘lengkap dan total’ akan mulai berlaku dengan tujuan mengakhiri konflik antara kedua negara,” kata Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Selasa (24/6/2025).
Ibrahim mengatakan, keterlibatan langsung AS dalam perang Iran–Israel telah memfokuskan perhatian investor pada Selat Hormuz, jalur air sempit dan vital antara Iran dan Oman di Teluk Timur Tengah yang dilalui sekitar 18—19 juta barel minyak mentah dan bahan bakar per hari, atau hampir seperlima dari konsumsi dunia.
“Kekhawatiran berkembang bahwa gangguan apa pun pada aktivitas maritim melalui selat tersebut akan melambungkan harga, mungkin hingga mencapai angka tiga digit,” ujarnya.
Ibrahim melanjutkan, sentimen eksternal lainnya yang memengaruhi pergerakan rupiah hari ini berasal dari ekspektasi kebijakan suku bunga The Federal Reserve.
“Pergeseran narasi suku bunga The Federal Reserve dengan Gubernur Fed Michelle Bowman mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga paling cepat Juli, dengan alasan meredanya tekanan inflasi. Komentarnya menambah spekulasi seputar langkah Fed berikutnya, dengan pasar kini mengalihkan fokus ke kesaksian Ketua Jerome Powell di hadapan Kongres pada Selasa untuk petunjuk kebijakan lebih lanjut,” terangnya.
Laporan kebijakan moneter The Fed baru-baru ini mengungkapkan tanda-tanda awal bahwa tarif berkontribusi terhadap inflasi yang lebih tinggi. Namun, dampak penuhnya belum tercermin dalam data. Laporan tersebut menambahkan bahwa kebijakan saat ini berada pada posisi yang baik dan bahwa stabilitas keuangan tangguh di tengah ketidakpastian tinggi.
“Hari ini fokus pasar adalah kesaksian Ketua Fed Jerome Powell di Kongres AS, angka Keyakinan Konsumen terbaru, dan Indeks Manufaktur Richmond,” ungkapnya.