Selasa 24 Jun 2025 10:27 WIB

Trump Umumkan Gencatan Senjata, Rupiah Perkasa

Penguatan tersebut masih dibayangi ketidakpastian geopolitik.

Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan munculnya harapan perdamaian di kawasan Timur Tengah. Meski begitu, penguatan tersebut masih dibayangi ketidakpastian geopolitik.

“Rupiah berpotensi menguat oleh harapan perdamaian di Timur Tengah setelah Trump (Presiden Amerika Serikat) mengatakan bahwa Iran dan Israel sepakat untuk gencatan senjata,” ujarnya di Jakarta, Selasa (24/6/2025).

Baca Juga

Dalam unggahan di platform Truth Social, Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa Iran dan Israel telah menyepakati gencatan senjata penuh untuk mengakhiri “perang 12 hari” antara kedua negara tersebut.

"Selamat untuk semuanya! Telah disepakati secara penuh oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan dilakukan gencatan senjata penuh (kira-kira dalam 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah meredakan dan menyelesaikan misi akhir yang masih berjalan!), untuk 12 jam, di mana perang akan dianggap berakhir," tulis Trump.

Menurut klaim tersebut, Iran akan lebih dahulu mematuhi gencatan senjata, diikuti oleh Israel dalam waktu 12 jam, dan secara resmi perang akan dinyatakan berakhir dalam 24 jam.

Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh pihak Iran. Melalui akun resminya di platform X, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata dengan Israel.

Jika agresi Israel terhadap rakyat Iran tidak dihentikan paling lambat pukul 04.00 waktu Tehran, kata Araghchi, maka Iran tidak akan ragu melanjutkan tanggapan militernya. Keputusan akhir terkait penghentian operasi militer akan ditentukan kemudian.

“Untuk gencatan senjata, belum dikonfirmasi dan telah dibantah Iran. Jadi, sentimen bisa berubah setiap saat dan rupiah berpotensi volatile,” jelas Lukman.

Sementara itu, ketegangan di kawasan meningkat setelah Iran meluncurkan rudal ke Pangkalan Militer AS Al Udeid di Qatar. Menurut Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, jumlah rudal yang diluncurkan setara dengan jumlah bom yang digunakan AS dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan menyebutnya sebagai pesan langsung kepada Washington dan sekutunya.

Di sisi lain, sentimen lain yang memengaruhi pergerakan rupiah berasal dari pernyataan dovish pejabat Federal Reserve (The Fed), Michelle Bowman, yang menyatakan bahwa AS perlu mempertimbangkan penurunan suku bunga.

“Menurut dia, inflasi AS sudah pada jalur dan tidak jauh dari target,” tambah Lukman.

Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah tercatat menguat sebesar 111 poin atau 0,67 persen menjadi Rp 16.381 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.492 per dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement