REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai, kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau Fed Fund Rate (FFR) tidak berpengaruh langsung terhadap kenaikan suku bunga deposito. Hanya saja, akan berdampak pada ketersediaan likuiditas di pasar keuangan.
Meski begitu, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, sepanjang likuditas cukup maka tidak ada masalah. "Tentunya juga tidak ada persepsi negatif terhadap perekonomian kita. Maka distribusi likuiditas akan lebih merata," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (15/6).
Suku bunga kredit perbankan, menurutnya, juga tidak akan terlalu berpengaruh. Hal itu karena, kini tekanan terhadap inflasi belum ada dan kurs rupiah cenderung stabil.
"Suku bunga kredit tidak ada perubahan signifikan. Kenaikan FFR sudah kami kalkulasi sejak awal," tegas Dody.
Ia menyebutkan, suku bunga kredit sudah turun sebesar sembilan basis poin (bps) pada Mei tahun ini. Secara total, sejak Januari 2016 sampai Mei 2017, BI telah menurunkan suku bunga kredit sebesar 100 bps. Sedangkan suku bunga deposito telah turun 139 bps sejak Januari 2016 hingga Mei 2017.