REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah penduduk miskin di Indonesia semakin banyak. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlahnya sudah mencapai 28,51 juta jiwa atau 11,13 persen dari total jumlah penduduk per September 2015. Warga miskin bertambah bertambah 780 ribu jiwa jika dibandingkan dengan posisi September 2014.
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, jumlah penduduk miskin di Indonesia tidak mengalami perubahan signifikan sejak Maret 2012. Pada periode tersebut, jumlah penduduk miskin mencapai 29,25 juta jiwa atau 11,96 persen. Padahal, jumlah penduduk miskin sempat mengalami penurunan drastis pada periode 2009-2011 dari 32,53 juta jiwa menjadi 30.01 juta jiwa.
"Kalau sudah di level 10-11 persen, sulit menurunkan angka kemiskinan secara signifikan. Butuh strategi khusus," kata Suryamin dalam paparannya di kantor BPS, awal tahun ini.
Suryamin mengatakan, program pengentasan kemiskinan harus benar-benar menyentuh karakteristik dari penduduk miskin. Dia menyebutkan, penduduk miskin yang sekarang jumlahnya mencapai 11,13 persen, kebanyakan bekerja di sektor pertanian. Sebanyak 54 persen kepala rumah tangga penduduk miskin bekerja sebagai buruh tani.
"Kalau buruh tani, sekarang menanam besoknya bisa menganggur. Ini perlu dicarikan solusi dengan memberikan keahlian lain," ujar dia.
Selain itu, usia kepala rumah tangga penduduk miskin rata-rata 50 tahun. Pendidikannya pun rendah. Paling tinggi hanya tamat sekolah dasar. Beban tersebut ditambah karena banyaknya anggota keluarga yang ditanggung. Setiap kepala rumah tangga rata-rata punya empat sampai lima anak.
Yang susah, kata Suryamin, adalah memberi pekerjaan bagi penduduk miskin berusia 50 tahun. "Kalau usia 50 tahun, dikasih kerjaan yang keras-keras juga susah. Ini harus dipikirkan seperti apa," ucapnya.
Meski begitu, pemerintah dinilai bisa menekan laju peningkatan angka kemiskinan dengan terus menyalurkan bantuan sosial seperti beras miskin dan bantuan transfer tunai.