Kamis 29 Oct 2015 17:47 WIB

Kawasan Industri Indonesia Timur Berlomba Tarik Investor

Rep: Andi Nurroni/ Red: Nidia Zuraya
Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur
Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Percepatan pembangunan kawasan Indonesia bagian timur terus didorong melalui pendekatan industrialisasi. Saat ini, sejumlah kawasan industri telah hadir di bumi timur Indonesia. Kawasan-kawasan industri tersebut berlomba menarik investor. 

Tiga di antara sejumlah kawasan industri yang tengah bergeliat di Indonesia timur adalah Kawasan Industri Bantaeng di Sulawesi Selatan, Kawasan Industri Morowali Thsingsan di Sulawesi Tengah dan Kawasan Industri Kariangau di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Pengelola ketiga kawasan industri tersebut didudukan bersama sebagai panelis dalam satu sesi diskusi Konfrensi Nasional Bisnis Maritim 2015 di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Kamis (29/10). Mereka melaporkan perkembangan dan proyeksi kemajuan masing-masing.

Nurdin Abdullah, Bupati Bantaeng menyampaikan, kawasan industri seluas 3 ribu hektare (ha) yang dikembangkan Pemkab Bantaeng kini mulai ramai diminati investor. Sejumlah perusahaan Jepang di bidang pengolahan hasil laut dan hasil bumi, kata dia, sudah menjalankan roda bisnis mereka di sana.  

Tak ingin menjadi kawasan industri biasa, menurut Nurdin, pihaknya bertekad menjadikan Bantaeng sebagai pusat pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel terbesar di dunia. “Kami sudah menyelesaikan dua smelter dan Februari depan kami ekspor perdana feronikel ke Cina,” ujar profesor bidang agraria lulusan Jepang itu. 

Nurdin menceritakan, tantangan mewujudkan Bantaeng sebagai pusat pengolahan dan pemurnian nikel terbesar saat ini adalah suplai energi listrik. Untuk itu, kata dia, pihaknya menggandeng Temasek Holding, perusahaan Singapura, untuk menambah listrik sebesar 2.200 megawatt (mw).

Jika Kawasan Industri Bantaeng murni dikembangkan oleh Pemkab Bantaeng, Kawasan Industri Kariangau Balikpapan merupakan patungan antara pemerintah daerah dan pihak swasta. Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi menyampaikan, dalam pengembangan kawasan industri di Balikpapan, pihaknya mempertahankan keseimbangan tata lingkungan.

“Kami menerapkan strategi 52:48, yakni kami menjaga 52 persen wilayah kami sebagai hutan resapan air dan 48 persen kami kembangkan,” kata Rizal.

Demi menguatkan daya saing Kawasan Industri Kariangau yang saat ini memiliki luas 3.000 ha, kata Rizal, pihaknya kini menjajaki potensi integrasi dengan Kawasan Industri Buluminung di kabupaten tetangg, Penajam Paser Utara, yang memiliki luas 4.000 ha. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kawasan Industri Morowali Tsingshan Dedi Mulyadi menekankan pentingnya pembangunan lembaga pendidikan dan pusat riset untuk mendukung transformasi kecakapan sumber daya manusia Indonesia.  

Kawasan Industri Morowali yang telah terlebih dahulu memiliki smelter nikel, kata Dedi, ke depan harus dikelola dan dikembangkan sendiri oleh tenaga ahli pribumi. Saat ini, kata Dedy, sebagian besar tenaga ahli berasal dari Cina, yang merupakan negara asal investor kawasan industri tersebut.

“Untuk itu sekarang kami sedang merancang politeknik dan pusat riset, serta menyekolahkan tenaga-tenaga terampil kami,” kata Mantan Dirjen Pengembangan Perwilayahan, Kementerian Perindustrian tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement