Selasa 21 Oct 2025 16:08 WIB

Investasi di Jawa Tengah Capai Rp66 Triliun, Ini Sektor yang Paling Laris

PMA masih didominasi oleh industri alas kaki, karet dan plastik, serta tekstil.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Satria K Yudha
Foto udara suasana salah satu lokasi industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (20/3/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Foto udara suasana salah satu lokasi industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (20/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Realisasi investasi di Jawa Tengah (Jateng) menunjukkan tren positif. Hingga kuartal III atau periode Januari–September 2025, total investasi yang masuk telah mencapai Rp66,13 triliun. Angka ini melampaui realisasi tahunan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk 2020, 2021, dan 2023.

“Kami merilis data realisasi investasi kuartal III 2025. Dari Januari hingga September, totalnya sudah mencapai Rp66,13 triliun. Ini menandakan capaian yang lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jateng, Sakina Rosellasari, Selasa (21/10/2025).

Baca Juga

Dari total investasi tersebut, Rp29,27 triliun berasal dari penanaman modal asing (PMA), sementara sisanya merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

PMA masih didominasi oleh industri alas kaki, karet dan plastik, serta tekstil. Industri barang kulit dan alas kaki mencatatkan nilai investasi tertinggi sebesar Rp8,39 triliun, disusul industri karet dan plastik (Rp6,35 triliun), mesin dan elektronik (Rp5,35 triliun), tekstil (Rp4,77 triliun), serta perdagangan dan reparasi (Rp2,03 triliun).

Hong Kong dan China tercatat sebagai dua investor asing terbesar di Jateng sepanjang tahun ini, masing-masing dengan investasi Rp7,99 triliun dan Rp7,76 triliun. Diikuti oleh Singapura (Rp7,66 triliun), Korea Selatan (Rp4,05 triliun), dan Taiwan (Rp2,53 triliun).

Untuk PMDN, sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran menjadi penyumbang terbesar dengan Rp4,58 triliun, disusul industri makanan Rp4,23 triliun. “Jawa Tengah masih menjadi tujuan utama bagi investasi padat karya,” kata Sakina.

Jumlah tenaga kerja yang terserap hingga September 2025 tercatat lebih dari 326 ribu orang. Meski demikian, realisasi investasi Jateng masih berada di bawah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. “Jawa Tengah masih didominasi investasi padat karya, sementara Jawa Timur dan Jawa Barat lebih banyak investasi padat modal,” ujarnya.

Sakina menyebut keterbatasan jumlah kawasan industri menjadi salah satu tantangan utama. Saat ini Jateng hanya memiliki sembilan kawasan industri, jauh di bawah Jawa Barat yang memiliki lebih dari 140 kawasan dan Jawa Timur lebih dari 15 kawasan.

Untuk itu, Pemprov Jateng mendorong pemerintah kabupaten/kota mengajukan kawasan peruntukan industri agar dapat dikembangkan menjadi kawasan industri baru. “Harapannya ada beberapa daerah yang mengajukan sehingga daya tarik investasi Jateng semakin kuat,” ucapnya.

Pemprov Jateng menargetkan total realisasi investasi mencapai Rp78,33 triliun pada akhir tahun 2025.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement