REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG -- Perseroan Terbatas Pupuk Sriwidjaja yang berkantor pusat di Kota Palembang, Sumatera Selatan berupaya meningkatkan persediaan pupuk urea di sentra produksi pertanian sembilan provinsi rayon menjelang musim tanam tahap kedua ini.
"Peningkatan stok ini untuk menjamin ketersediaan pupuk urea bersubsidi bagi petani di sembilan provinsi rayon pemasaran, meliputi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta sesuai deengan kebutuhan pada musim tanam tahap kedua dimulai Oktober 2015 hingga Maret 2016," kata Manajer Humas PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), Sulfa Ghanie, di Palembang, Kamis.
Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan petani di sembilan provinsi rayon yang ketersediaan pupuknya menjadi tanggung jawab PT Pusri, sekarang ini telah disiapkan sekitar 130 ribu ton lebih pupuk urea bersubsidi di tingkat pabrik dan gudang masing-masing sentra produksi pertanian.
Pupuk urea di gudang seluruh provinsi yang menjadi tanggung jawab pemenuhan kebutuhan pupuk petani oleh PT Pusri, sekarang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak atau sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), katanya lagi.
Dia menegaskan, memasuki musim tanam tahap kedua ini, petani tidak perlu khawatir terjadi kekurangan pupuk urea, mengingat persediaan yang ada di gudang sekitar sentra produksi pertanian tingkat kabupaten (lini tiga) sesuai dengan RDKK petani.
Distribusi pupuk urea bersubsidi ke sembilan provinsi rayon tersebut hingga kini tidak ada masalah, karena produksi keempat pabrik PT Pusri hingga kini berjalan lancar sesuai target yang ditetapkan.
"Sekarang ini semua pabrik PT Pusri di Kota Palembang beroperasi secara normal meskipun kondisinya berusia tua. Satu pabrik yang usianya relatif paling muda adalah pabrik Pusri 1B yang dibangun pada 1994 saat ini dalam kondisi cukup prima," ujarnya pula.
Upaya untuk menjaga eksistensi perusahaan dan mempertahankan kegiatan produksi pupuk urea agar tetap mampu memenuhi kebutuhan petani dalam negeri sesuai dengan RDKK petani, pihaknya secara bertahap melakukan revitalisasi dengan prioritas penggantian pabrik paling tua, yakni pabrik Pusri II yang dibangun pada 1974.
Proyek revitalisasi pabrik tua yang sedang berjalan sekarang ini dikerjakan oleh konsorsium PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation, dengan nilai investasi Rp 7,4 triliun.
Pabrik Pusri II B menggunakan teknologi KBR Purifier Technology untuk pabrik amonia, dan teknologi Acces 21 milik Toyo dan Pusri sebagai co-licencor untuk pabrik urea.
Kapasitas produksi terpasang pabrik amonia mencapai 2.000 ton per hari atau 660.000 ton per tahun, dan kapasitas pabrik urea 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun.
Pabrik Pusri II B dengan teknologi baru, selain ramah lingkungan juga menghemat bahan baku gas, dengan rasio pemakaian gas per ton produk 31,49 MMBTU per ton amonia dan 21,18 MMBTU per ton urea.
Bila proyek revitalisasi tersebut berjalan sesuai rencana, pabrik baru diperkirakan sudah mulai berproduksi pada akhir 2015 ini, dan diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi pupuk urea hingga 2,61 juta ton per tahun, kata Sulfa lagi.