Senin 23 Dec 2013 20:09 WIB

Rupiah Masih Akan Tertekan Tapering the Fed

Rep: Elba Damhuri/ Red: Dewi Mardiani
Layar TV di lantai Bursa New York, berisi pengumuman kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12).
Foto: AP/Richard Drew
Layar TV di lantai Bursa New York, berisi pengumuman kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah masih akan tertekan ke depannya. Tekanan itu, terutama datang dari faktor eksternal terkait dengan akan dimulainya kebijakan pengurangan stimulus bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, per Januari 2014.

Memang, kata Direktur the Finance Eko B Supriyanto, the Fed memutuskan untuk mengurangi besaran quantitative easing (QE) tahap ketiga menjadi 75 miliar dolar AS atau berkurang 10 miliar dolar AS. Pengurangan itu pun, jelas dia, disertai komitmen akan mempertahankan "Fed Fund Rate" tetap rendah bahkan setelah QE3 diakhiri.

"Kebijakan itu tetap akan menekan rupiah," kata Eko, Senin (23/12). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan bergerak ke atas alias melemah.

Eko mengingatkan, perbankan bahwa gejala ini menimbulkan ekspektasi suku bunga tetap tinggi. Ia meminta agar perbankan nasional berhati-hati agar tidak jor-joran kredit dan tetap menjaga kualitas kredit dan likuiditas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement