Rabu 25 Jun 2025 23:10 WIB

Gencatan Senjata Iran–Israel Dorong Rupiah Menguat ke Rp 16.300

Konflik mereda, rupiah pulih di tengah sentimen global dan sikap The Fed.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada perdagangan Rabu (25/6/2025). (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada perdagangan Rabu (25/6/2025). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada perdagangan Rabu (25/6/2025), seiring dengan kabar gencatan senjata antara Iran dan Israel setelah sebelumnya terjadi aksi saling serang.

Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat 53,50 poin atau 0,33 persen ke level Rp 16.300 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah sempat mendekati Rp 16.500 per dolar AS dalam beberapa hari terakhir akibat eskalasi konflik Iran–Israel yang juga melibatkan Amerika Serikat.

Baca Juga

“Investor mencermati pembicaraan gencatan senjata Israel–Iran. Senin malam, Presiden Trump mengumumkan gencatan senjata bertahap antara kedua negara dan menyerukan penegakan kesepakatan,” ujar Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Rabu (25/6/2025).

Namun demikian, Ibrahim mencatat adanya skeptisisme atas keberlangsungan gencatan senjata tersebut. “Trump bahkan mengutuk kedua negara karena melanggar kesepakatan sesaat setelah deklarasi dilakukan,” ujarnya. Meski demikian, pengumuman tersebut memunculkan harapan bahwa konflik yang berlangsung selama 12 hari itu akan segera berakhir.

Ibrahim menambahkan bahwa sentimen kebijakan tarif AS turut memengaruhi pergerakan rupiah, terutama perbedaan pandangan antara Presiden Donald Trump dan Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell.

“Powell memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump yang lebih tinggi dapat mulai mendorong inflasi pada musim panas ini. Periode itu akan krusial bagi pertimbangan The Fed untuk menurunkan suku bunga,” katanya.

Hal tersebut disampaikan Powell dalam sidang Komite Jasa Keuangan DPR AS pada Selasa (24/6/2025) waktu setempat. Dalam sidang tersebut, Powell mendapat tekanan dari anggota Partai Republik terkait alasan The Fed belum menurunkan suku bunga seperti yang didorong Presiden Trump.

Menurut Powell, banyak pejabat The Fed memperkirakan inflasi akan segera naik sehingga belum ada urgensi untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Ia juga menegaskan tidak ingin memberi sinyal terkait pemangkasan suku bunga pada pertemuan Juli 2025 atau yang lainnya untuk saat ini.

Sentimen Dalam Negeri

Dari dalam negeri, pergerakan rupiah turut dipengaruhi oleh prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 yang lebih rendah, sebagaimana dirilis Bank Dunia.

“Bank Dunia mengingatkan bahwa perekonomian Indonesia rentan terhadap ketidakpastian global. Dalam kondisi geopolitik yang memanas, Indonesia berisiko mengalami pelemahan ekonomi lebih lanjut,” ujar Ibrahim.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,7 persen pada 2025 dan 4,8 persen pada 2026. Angka tersebut melanjutkan tren penurunan dari kuartal I 2025 yang berada di level 4,87 persen, turun dari posisi 5 persen pada tahun sebelumnya.

Tekanan ekonomi global dinilai menghambat penciptaan lapangan kerja dan memperlambat upaya pengentasan kemiskinan ekstrem karena melemahnya perdagangan dan investasi asing, serta aliran modal yang tidak stabil. Kondisi ini memberikan tekanan pada ekonomi makro di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sebagai respons, konsistensi reformasi struktural oleh pemerintah dinilai penting. Reformasi itu mencakup deregulasi, perbaikan iklim usaha, peningkatan investasi swasta, serta penguatan kualitas sumber daya manusia untuk memperbesar kapasitas ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik.

“Untuk perdagangan Kamis (26/6/2025), rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.250–Rp 16.300 per dolar AS,” kata Ibrahim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement