REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengatakan laba bersih perseroan pada akhir 2025 akan mencapai 3,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 54 triliun. Menurutnya, proyeksi tersebut dicapai ketika indikator global menekan industri migas melalui turunnya harga minyak, melemahnya rupiah, dan koreksi MOPS solar.
Pertamina menurut Oki tetap menjaga disiplin keuangan untuk mempertahankan profitabilitas. Pendapatan Pertamina Group pada 2025 diperkirakan berada di level 68,7 miliar dolar AS atau Rp 1.127 triliun, sedangkan EBITDA ditargetkan mencapai 9,6 miliar dolar AS atau Rp 158 triliun.
"Laba bersih kami insya Allah akan mencapai 3,3 miliar dolar AS atau sekitar 54 triliun rupiah," kata Wadirut Pertamina, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/11/2025).
Kontribusi Pertamina kepada negara menjadi salah satu yang terbesar di antara seluruh BUMN melalui pajak, PNBP, dan dividen yang melampaui Rp 300 triliun per tahun. Setoran dividen kepada Danantara ditargetkan mencapai Rp 42,1 triliun dengan realisasi Rp 23 triliun hingga September 2025. Pertamina juga mempertahankan peringkat kredit investment grade yang mencerminkan keberlanjutan kesehatan keuangan.
Penguatan kinerja operasional menahan tekanan volatilitas global. Pertamina mencatat capaian strategis yang mencakup peningkatan kapasitas produksi nasional, kehandalan fasilitas, serta integrasi transformasi energi dari hulu hingga hilir. Arah kebijakan tersebut menempatkan Pertamina sebagai lokomotif pembangunan nasional yang menopang sektor energi dan fiskal.
"Pertamina berhasil mencapai sejumlah pencapaian di tahun 2025 ini yang menunjukkan kerja keras seluruh lini," ujar Oki.
Di sektor hulu migas, Pertamina menemukan migas non-konvensional dengan potensi 724 juta barel di WK Rokan, penemuan terbesar dalam satu dekade. Temuan tersebut baru berasal dari satu struktur sehingga potensi MNK nasional diperkirakan jauh lebih luas. Pada sisi energi hijau, Pertamina mulai memproduksi sustainable aviation fuel (SAF) melalui konversi tiga kilang dengan kapasitas awal 9.000 barrel per hari berbahan baku used cooking oil.
Pertamina juga memperkuat infrastruktur gas lewat revitalisasi tangki Arun yang ditargetkan selesai Desember 2025 dan pembangunan empat tangki BBM berkapasitas 29.000 meter kubik untuk memperkuat inventori kilang Balongan. Pengembangan hidrogen dilakukan melalui pembangunan pilot plant di Ulu Belu Lampung dengan kapasitas 100 kilogram per hari yang akan terhubung dengan fasilitas di Cikampek dan Jawa bagian Barat.
Pada portofolio panas bumi, PLTP Lumut Balai menghasilkan 800 gigawatt jam per tahun. Di hilir, proyek RDMP Balikpapan meningkatkan kapasitas kilang menjadi 360 ribu barrel per hari. Pertamax 95 diluncurkan di 168 outlet sebagai opsi BBM dengan emisi lebih rendah. Penguatan logistik maritim ditempuh melalui pembangunan tanker medium range baru.
Pertamina juga memperluas jaringan gas rumah tangga untuk menekan impor LPG dengan jumlah pelanggan melampaui 824 ribu dan pengembangan jaringan pipa yang tumbuh lebih dari 33 ribu kilometer. Seluruh langkah tersebut menjadi fondasi keuangan dan operasional yang menopang proyeksi laba bersih serta penguatan ketahanan energi nasional pada tahun mendatang.