REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM telah mencapai Rp 238,7 triliun per 15 November 2025 atau sekitar 83 persen dari target plafon Rp 286,61 triliun. Capaian ini menandai peningkatan serapan pembiayaan UMKM di tengah perlambatan daya beli.
“Dari target yang sudah ditentukan Rp 286 triliun, Alhamdulillah sudah tersalurkan sebesar Rp 238 triliun, jadi sekitar 83 persen,” kata Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (17/11/2025).
Maman menyebut penyaluran KUR tersebut telah menjangkau 4.047.900 debitur dari berbagai sektor. Dari jumlah itu, 2.252.511 merupakan debitur baru dan 1.321.830 adalah debitur graduasi yang naik kelas.
“Dari target yang ditugaskan kepada saya untuk debitur baru sebanyak 2,34 juta debitur, debitur barunya sudah tercapai 96 persen, yaitu 2,25 juta. Debitur graduasi—yakni yang naik tingkat, dari mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, hingga super mikro—target ke saya 1,2 juta debitur. Alhamdulillah debitur graduasi melebihi target sebanyak 112 persen, yaitu sekitar 1,3 juta,” jelasnya.
Ia menilai kenaikan jumlah debitur graduasi menunjukkan sebagian pelaku usaha telah mampu memperkuat kapasitas usahanya. Namun, konsistensi pertumbuhan ini tetap perlu dijaga agar tidak hanya bergantung pada kredit murah.
Maman menambahkan, penyaluran KUR ke sektor produksi mencapai 60,7 persen atau Rp 144,9 triliun dari total target 2025. Pemerintah menargetkan porsi tersebut naik menjadi 61 persen pada akhir Desember.
“Ini yang pertama kali sepanjang sejarah program KUR berdiri, baru sekarang kita terealisasi, yaitu di angka 60,7 persen. Nah ini Alhamdulillah di 2025 kita 60,7 persen, Insya Allah di Desember akhir kita tercapai, akan naik lagi di 61 persen,” tandasnya.