Selasa 25 Nov 2025 16:17 WIB

Riset Ungkap Biaya Promosi E-Commerce Jadi Kunci Penjualan UMKM

Seller paling banyak mengutamakan diskon dan promo.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Satria K Yudha
Pedagang berjualan melalui siaran langsung TikTok Shop di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pedagang berjualan melalui siaran langsung TikTok Shop di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemanfaatan biaya promosi di platform e-commerce menjadi strategi yang dinilai paling efektif oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan penjualan mereka. Pergeseran cara pandang tersebut muncul karena seller melihat biaya platform bukan lagi sebagai beban, melainkan bagian dari perencanaan bisnis yang berdampak langsung pada visibilitas produk dan jumlah pembeli.

Sebagian besar penjual mengalokasikan dana khusus untuk promosi, diskon, dan beragam fitur berbayar demi memperluas jangkauan pasar. Mayoritas responden juga menilai manfaat yang diterima sebanding dengan biaya yang mereka keluarkan, terutama terkait peningkatan traffic, kemudahan interaksi dengan pembeli, serta dukungan fitur kampanye penjualan.

Baca Juga

Riset Katadata Insight Center (KIC) menguatkan temuan tersebut melalui survei 19 September–9 Oktober 2025 terhadap 602 pedagang UMKM, dilengkapi wawancara mendalam. Direktur Eksekutif KIC Fakhridho Susilo menjelaskan bahwa para penjual mulai memandang komponen biaya seperti komisi, payment fee, dan subsidi ongkos kirim sebagai investasi.

“Sejumlah penjual mulai memandang biaya administrasi dan komponen biaya lainnya sebagai bagian dari investasi yang berpotensi meningkatkan penjualan dan pertumbuhan bisnis UMKM,” ujarnya, Selasa (25/11/2025).

KIC mencatat admin fee atau komisi menjadi komponen biaya yang paling banyak dipahami penjual, diikuti payment fee, subsidi ongkos kirim, diskon, biaya operasional, dan iklan. Para penjual juga memberi skor tinggi terhadap efektivitas biaya platform dalam strategi bisnis, dengan penilaian sebagai investasi (8,45), kontribusi terhadap performa penjualan (8,56), serta hasil yang dirasakan (8,31).

Fakhridho menyebut 91,2 persen responden menilai manfaat biaya promosi dan fitur berbayar sebanding dengan hasilnya. Pengalaman tersebut dirasakan Diah Ayu Normalitasari, pemilik Toko Diah Shop/Pawon Lita, yang menganggap biaya tambahan e-commerce sebagai bagian dari operasional.

Customer juga paham ada biaya platform dan tetap membeli, jadi masih bisa kami sesuaikan. Kadang kalau ditanya kenapa harga naik, saya jelaskan sekarang banyak program promo dan biaya admin juga. Mereka ngerti karena sering belanja online,” ujarnya.

Dari sisi alokasi biaya, seller paling banyak mengutamakan diskon dan promo, disusul biaya operasional tambahan, komisi, iklan, kampanye, subsidi ongkir, dan payment fee. KIC menilai strategi harga dan promosi masih menjadi pendekatan utama untuk menarik pembeli dan meningkatkan volume penjualan. Alokasi promosi terbesar ditemukan pada seller yang berfokus berjualan di TikTok Shop, Tokopedia, dan Shopee.

Selain efektivitas promosi, faktor lain yang menentukan pilihan platform adalah kecocokan dengan target pasar dan kemudahan interaksi. Shopee dipilih sebagai kanal penjualan utama oleh 57,8 persen responden, sedangkan TikTok Shop dinilai unggul karena konten interaktifnya.

Seorang responden dari Toko Hanana Shop menyebut Shopee lebih transparan dan responsif dalam hal layanan pelanggan. Riset KIC juga menunjukkan pemahaman seller terhadap mekanisme biaya platform berada pada skor tinggi, yakni 8,38. Setelah aktif berjualan di e-commerce, 97,2 persen penjual melaporkan peningkatan jumlah pembeli, 93,3 persen menyebut produk terjual lebih banyak, dan 91,7 persen mengalami kenaikan omzet.

Meski sebagian besar telah mampu mengelola biaya kampanye, sekitar 31,7 persen penjual masih menghadapi kesulitan dalam mengatur struktur biaya dan program promosi berbayar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement