Selasa 09 Dec 2025 08:40 WIB

UMKM Paling Terdampak Banjir Bandang dan Longsor di Aceh–Sumatera

Dampak bencana besar di tiga provinsi ini memukul sektor usaha kecil hingga logistik.

Penampakan Desa Garoga yang luluh lantak diterjang banjir bandang dan tanah longsor di Tapanuli Selatan, Sabtu (6/12/2025). Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, menjadi salah satu daerah paling parah terdampak bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sebagian besar rumah warga di desa itu luluh lantak dan hanya menyisakan hamparan tanah lumpur setelah diterjang banjir bandang dan longsor.
Foto: Edwin Putranto/Republika
Penampakan Desa Garoga yang luluh lantak diterjang banjir bandang dan tanah longsor di Tapanuli Selatan, Sabtu (6/12/2025). Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, menjadi salah satu daerah paling parah terdampak bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sebagian besar rumah warga di desa itu luluh lantak dan hanya menyisakan hamparan tanah lumpur setelah diterjang banjir bandang dan longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta perdagangan lokal merupakan sektor usaha yang paling terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi tersebut juga berdampak terhadap industri pengolahan hingga manufaktur karena terhambatnya pasokan bahan baku dari Sumatera.

“Dari pemetaan yang sementara kami terima, sektor yang paling berdampak adalah justru UMKM dan perdagangan lokal,” kata Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani di Jakarta, Senin (8/12/2025).

Baca Juga

Selain itu, sektor agribisnis turut terhambat menyusul lahan pertanian yang rusak. Pada sektor transportasi dan logistik juga terjadi gangguan karena akses jalan, jembatan, dan infrastruktur pendukung lainnya terputus.

Namun, Shinta mengatakan pihaknya belum dapat menilai dampak tersebut terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, mengingat banyak aspek dan faktor yang harus dipertimbangkan dan dicermati lebih detail.

“Kalau kita melihat dampak konsumsi dari daerah yang bersangkutan, mungkin tidak terlalu besar untuk keseluruhan ekonomi Indonesia,” ujar dia.

“Terus terang, kami belum bisa mengevaluasi sejauh mana itu akan berdampak ke 2026. Tapi, kalau kami lihat, sekarang ini kita masih dalam tahapan penanggulangan, jadi dari segi penanganan bencananya sendiri,” imbuhnya.

Sementara itu, bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, pada penghujung November 2025.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Senin (8/12) sore melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor di ketiga provinsi itu telah mencapai 961 jiwa, sementara 293 orang masih hilang.

Selain itu, sebanyak 5.000 warga mengalami luka-luka, baik ringan maupun berat, akibat terpaan material lumpur, kayu, hingga runtuhan bangunan.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement