Selasa 02 Sep 2025 14:16 WIB

Industri Manufaktur Pulih, Menperin: Kerusuhan Bisa Menurunkan Optimisme

Kenaikan PMI sinyal positif, namun stabilitas nasional tetap kunci keberlanjutan.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita meninggalkan di Padepokan Garuda Yaksa, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/10/2024). Presiden Terpilih Prabowo Subianto memberikan pembekalan sejumlah tokoh yang diyakini bakal menjadi calon menteri atau kepala lembaga negara untuk pemerintahan baru ke depan di Hambalang.
Foto: Republika/Prayogi
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita meninggalkan di Padepokan Garuda Yaksa, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/10/2024). Presiden Terpilih Prabowo Subianto memberikan pembekalan sejumlah tokoh yang diyakini bakal menjadi calon menteri atau kepala lembaga negara untuk pemerintahan baru ke depan di Hambalang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor industri manufaktur Indonesia mulai menunjukkan tanda pemulihan setelah lima bulan berada di zona kontraksi. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global mencatat angka 51,5 pada Agustus 2025, naik 2,3 poin dari Juli (49,2). Lonjakan ini menandai kembalinya industri ke fase ekspansi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut capaian tersebut sebagai sinyal meningkatnya optimisme pelaku usaha. Menurutnya, kenaikan PMI ditopang pesanan baru, baik domestik maupun ekspor, serta menguatnya aktivitas produksi.

Baca Juga

“Laporan PMI Agustus menunjukkan pemulihan kinerja manufaktur nasional. Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya pesanan baru, meningkatnya aktivitas produksi, dan bertambahnya tenaga kerja,” ujar Agus di Jakarta, dikutip Selasa (2/9/2025).

Secara teknis, pesanan baru (new orders) melonjak dari 48,3 pada Juli menjadi 52,3. Pesanan ekspor baru juga naik menjadi 51,2, menandakan produk Indonesia semakin diminati pasar global. Aktivitas produksi (output) menguat ke 52,6, disertai penambahan tenaga kerja (50,4) dan peningkatan pembelian bahan baku (51,6).

Indonesia bahkan mencatatkan PMI yang lebih tinggi dibanding sejumlah negara maju, termasuk Prancis, Jerman, Jepang, Inggris, hingga China. Meski demikian, Menperin menegaskan keberlanjutan tren positif sangat bergantung pada stabilitas nasional. Ia mengingatkan, gejolak politik atau kerusuhan berpotensi menggerus kembali optimisme industri.

“Industri butuh kondisi yang kondusif. Situasi yang mengarah ke destabilisasi, makar, atau kerusuhan dikhawatirkan menurunkan kembali tingkat optimisme pelaku industri,” tegas Agus.

Menurut Menperin, sektor manufaktur memiliki ekosistem luas dan sensitif, mulai dari investasi, upah, bahan baku, logistik, hingga energi. “Semua rantai ini harus dijaga agar optimisme tetap tumbuh,” katanya.

Pemulihan PMI juga sejalan dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dicatat Kemenperin. Pada Agustus 2025, IKI berada di level 53,55, naik 0,66 poin dari Juli (52,89). Kenaikan IKI didukung oleh melonjaknya indeks pesanan dan persediaan produk. “PMI dan IKI sama-sama mengonfirmasi tren ekspansi industri. Ini menambah keyakinan kami bahwa kebijakan pemerintah berada di jalur yang tepat,” ujar Agus.

Agus menegaskan, Kemenperin terus memperkuat daya saing nasional melalui hilirisasi, pengembangan SDM industri, serta pemanfaatan teknologi. Ia menekankan langkah ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk menjadikan Indonesia negara industri yang tangguh.

“Visi Bapak Presiden adalah peta jalan pembangunan industri nasional. Kami akan mempercepat transformasi industri 4.0, mendorong industri hijau, serta memperkuat ekosistem IKM,” jelasnya.

Agus optimistis, dengan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, Indonesia mampu menjaga momentum pemulihan industri. Pada saat yang sama, dapat berdiri sejajar dengan negara-negara industri lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement