REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memandang, pertumbuhan simpanan nasabah pada tier terkecil yakni di bawah nominal Rp100 juta mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan meskipun masih berada di bawah 5 persen. Pada Juli 2025, simpanan di bawah Rp100 juta tercatat tumbuh 4,76 persen secara year on year (yoy). Sebelumnya pada Mei 2025, simpanan pada tier ini tumbuh melambat yakni hanya sebesar 3,75 persen (yoy). Sejauh ini, pertumbuhan tertinggi tercatat pada Maret 2025, yaitu 6,79 persen.
“Sebetulnya kalau dibandingkan awal tahun, yang di bawah Rp100 juta sudah ada tanda-tanda perbaikan. Di April (tumbuh) 4,29 persen, Mei 3,75 persen, Juni 4,89 persen, dan Juli 4,76. Walaupun masih di bawah 5, tapi kelihatannya sudah ada tanda-tanda perbaikan yang di bawah 100 juta,” kata Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Di sisi lain, simpanan pada tier tertinggi tumbuh lebih kencang dibandingkan tier bawah lainnya. Simpanan di atas Rp5 miliar tumbuh 9,45 persen (yoy) pada Juli 2025, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,21 persen (yoy).
Mencermati perkembangan tersebut, Purbaya mengatakan bahwa pertumbuhan yang lebih kencang pada tier di atas Rp5 miliar kemungkinan besar ditopang oleh penyimpanan dana oleh perusahaan-perusahaan yang tengah bersiap untuk mengekspansi bisnisnya.
“Ini indikasi bahwa mereka masih mengumpulkan uangnya di sana untuk siap-siap ekspansi nanti. Belum ekspansi penuh, tapi tidak lama lagi kalau keadaan membaik, mungkin mereka akan mulai ekspansi bisnisnya lagi,” kata Purbaya.
Terkait dengan proyeksi dana pihak ketiga (DPK), Purbaya memandang bahwa saat ini pertumbuhan DPK sudah membaik atau normal sehingga diharapkan dapat tumbuh di kisaran 6-7 persen untuk sepanjang tahun ini.
“Beberapa bulan yang lalu saya sempat khawatir karena sempat turun ke 4,3 persen pertumbuhannya (DPK), di bawah ekspektasi kita yang sebesar 6 persen. Tapi sekarang sudah mendekati 7 persen lagi,” kata dia pula.
Pada Juli 2025, DPK meningkat sebesar 7,00 persen (yoy). Penghimpunan DPK utamanya ditopang perbaikan aktivitas fiskal pemerintah, korporasi, dan konsumsi masyarakat yang tercermin dari peningkatan pada produk giro sebesar 10,72 persen (yoy) dan tabungan 5,91 persen (yoy).
Di sisi lain, penyaluran kredit pada periode yang sama tumbuh 7,03 persen (yoy), didorong aktivitas investasi yang masih cukup tinggi.
“Kredit kelihatannya pelan-pelan akan tumbuh lebih cepat. Program-program pemerintah kan seharusnya sudah jalan, uang masuk ke sistem dan perekonomian mulai bergulir lagi. Biasanya kalau seperti itu, kredit pun ikut tumbuh,” kata Purbaya.
Adapun LPS mencatat Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan Juli 2025 berada di level 82,2, melemah terbatas sebesar 1,6 poin dari posisi bulan sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan pelemahan komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 4,7 poin pada periode yang sama ke level 90,5. Sementara itu, komponen Indeks Intensitas Menabung (IIM) tercatat naik sebesar 1,4 poin ke level 73,8.
IMK menunjukkan niat dan kemampuan menabung konsumen. Level IMK di atas 100 menunjukkan niat dan kemampuan menabung konsumen yang tinggi.
IMK terdiri dari dua komponen penyusun, yaitu IIM dan IWM. IIM menunjukkan penilaian konsumen tentang intensitas dan kemampuan menabung, sedangkan IWM menggambarkan penilaian konsumen terhadap waktu yang tepat untuk menabung atau niat untuk menabung.