Rabu 07 May 2025 14:18 WIB

BI Prediksi The Fed Belum akan Pangkas Suku Bunga pada FOMC Mei 2025

The Fed saat ini masih berfokus pada angka inflasi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Gedung Federal Reserve. The Federal Reserve diprediksi akan mempertahankan suku bunganya pada Mei 2025.
Foto: VOA
Gedung Federal Reserve. The Federal Reserve diprediksi akan mempertahankan suku bunganya pada Mei 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (DPMA BI) Erwin Gunawan Hutapea memprediksi Bank Sentral AS/The Federal Reserve akan mempertahankan suku bunganya pada Mei 2025. Keputusan dalam Federal Open Market Committee (FOMC) diketahui diumumkan pada 7 Mei 2025 waktu AS.

“Bacaan kami, nampaknya cutting (pemangkasan suku bunga) di FOMC nanti malam belum,” ujar Erwin dalam agenda Taklimat Media BI bertajuk ‘Asesmen Perekonomian Terkini dan Efektivitas Kebijakan Moneter Pro-market untuk Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah’ di Kompleks BI, Jakarta, Rabu (7/5/2025). 

Baca Juga

Erwin menilai, The Fed tetap akan mempertahankan suku bunga, meskipun Presiden AS Donald Trump terus mendorong agar pemangkasan dilakukan lebih awal. 

Menurut analisisnya, alasan belum akan dipangkasnya suku bunga The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) karena saat ini Bank Sentral masih berfokus pada angka inflasi. 

“Karena kelihatannya kan mereka lebih konsen pada inflasi yang turun lebih dalam dari perkiraan mereka,” ungkapnya. 

Angka inflasi konsumen AS menurut catatan Departemen Tenaga Kerja AS tercatat 2,4 persen pada periode Maret 2025. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan angka inflasi konsumen AS pada Februari 2025 sebesar 2,8 persen, dan merupakan angka terendah sejak September tahun lalu. Kondisi itu terjadi di tengah dinamika kebijakan tarif Trump. 

“Kekhawatiran terhadap pertumbuhan kelihatannya belum, mereka lebih khawatir terhadap inflasi karena enggak mau pelajaran setelah Covid-19 (terjadi lagi), kan mereka agak terlambat tuh mengejar suku bunga, atau terlalu cepat menurunkan suku bunga,” jelasnya. 

Ditambah lagi pada saat itu kondisi geopolitik Rusia-Ukraina terjadi di luar ekspektasi, hingga berdampak pada supply chain global. Akibatnya, kebijakan menurunkan suku bunga yang terlalu cepat pada pasca-Covid, inflasi AS jadi melesat. 

“Inflasi kan sempat melompat di luar dugaan. Jadi, bacaan kami nampaknya akan belum (pemangkasan suku bunga The Fed),” tegasnya. Eva Rianti 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement