REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) University menggelar acara halal bihalal dan Dies Natalis ke-24 di Auditorium FEM, IPB University, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/4/2025). Rektor IPB University Arif Satria menyampaikan tema Dies Natalis ke-24 FEM IPB University bertajuk "Strategi Hilirisasi, Penguatan Ketahanan Pangan dan SDM untuk Reindustrialisasi Perekonomian Indonesia" sangat relevan dan visioner dengan kondisi ekonomi yang terjadi saat ini.
"Kita berada di era yang menuntut transformasi penyeluruh, termasuk dalam kualitas ekonomi," ujar Arif saat sambutan halal bihalal dan Dies Natalis ke-24 Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor (IPB) di IPB, Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/4/2025).
Arif menyampaikan ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah harus dikurangi dengan hilirisasi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan nilai tambah, membangun industri di sekitar sektor pertanian dan perikanan, serta memperluas lapangan kerja.
Menurut Arif, reindustrialisasi bukan hanya sekadar membangun pabrik, melainkan juga membentuk ekosistem ekonomi berbasis riset, inovasi, dan SDM unggul. Arif menyoroti dinamika global yang semakin kompleks, termasuk kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang berdampak hingga ke Indonesia, termasuk IPB.
“IPB juga terkena dampak dari hasil kebijakan Trump karena berbagai proyek dengan AS terpaksa dibatalkan," ucap Arif.
Arif menyampaikan kebijakan proteksi ini mengubah lanskap perdagangan global, dan negara berkembang seperti Indonesia. Arif mendorong pemerintah dapat merespons dengan cerdas dengan memperkuat rantai pasok domestik, mendorong ekspor produk olahan, dan memastikan daya saing SDM di kancah global.
"IPB sebagai pusat ilmu dan pemberi kebijakan tentu berperan vital memberikan rekomendasi konkret kepada pemerintah dan dunia usaha, serta merancang modal ekonomi baru berbasis akroindustri, bioekonomi, dan digitalisasi di sektor primer," lanjut Arif.
Arif menambahkan FEM IPB menginjak usia 24 tahun juga mencatat prestasi membanggakan dalam kancah internasional. Berdasarkan QS World University Ranking by Subject 2025, IPB menempati peringkat 351–400 dunia dalam bidang ekonomi dan ekonometrik, serta 501–550 dalam bidang business and management.
"Prestasi ini mencerminkan pengakuan atas kualitas akademik FEM IPB dan seiring dengan visi IPB sebagai world class university. Kami terus mendorong internasionalisasi, melalui program Global Degree, Credit Earning, serta Research Attachment," sambung Arif.
Arif juga juga menyampaikan apresiasi kepada PT Capital Life Syariah dan Baznas atas kolaborasi dalam program FEM IPB Care yang meliputi program sosial agraritas, beasiswa pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi mahasiswa. Arif menyampaikan inisiatif ini mencakup program sosial agraritas FEM, program biasiswa bantuan pendidikan, dan program pemberdayaan ekonomi produktif mahasiswa.
Dekan FEM IPB Irfan Syauqi Beik mengatakan acara ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan peran FEM IPB dalam pembangunan ekonomi bangsa, terutama di tengah transisi pemerintahan yang baru. Irfan menekankan pentingnya reindustrialisasi sebagai strategi untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional.
"Pesan yang ingin kita sampaikan dalam acara ini adalah kita ingin momentum pemerintahan baru ini kita ingin mendorong agar industri itu bisa direvitalisasi supaya industri itu bisa kembali bangkit, bergerak dan menjadi penopang dan penggerak perekonomian nasional," ujar Irfan.
Irfan menyoroti sektor-sektor industri berbasis sumber daya dalam negeri seperti industri pertanian dan kelautan sebagai potensi besar yang perlu terus dikembangkan. Irfan mendorong sektor industri unggulan Indonesia tak hanya berorientasi memenuhi kebutuhan domestik, melainkan juga mulai menyasar pasar ekspor.
"Karena saya melihat sekarang ini banyak PHK. Berarti banyak pabrik yang tutup. Artinya kontribusi industri itu ada tekanan sehingga kita dorong supaya ada upaya melakukan revitalisasi supaya industri yang sudah selama ini berperan bisa bangkit kembali. Makanya kita dorong reindustrialisasi," ucap Irfan.
Pimpinan Baznas Bidang Pengumpulan Rizaludin Kurniawan mengapresiasi peluncuran program kolaboratif FEM IPB Care bersama Baznas dan Capital Life Syariah dalam perayaan Dies Natalis ke-24 FEM IPB University. Rizaludin menyampaikan program ini menjadi bentuk nyata kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat sekaligus memperkuat kolaborasi antara institusi pendidikan dan lembaga zakat nasional.
"Baznas mengapresiasi program peluncuran FEM IPB Care dengan Baznas dan Capital Life Syariah. Di sini akan dilaunching juga IPB Care. Baznas sekarang fokus peduli ke donatur dan juga mustahik," ujar Rizaludin.
Rizaludin menekankan pengelolaan zakat modern tidak hanya berfokus pada penyaluran kepada penerima manfaat (mustahik), tetapi juga bagaimana membangun hubungan yang bernilai dan bermakna dengan para donatur. Rizaludin mengatakan penting untuk mengubah persepsi publik terkait donasi zakat.
"Jangan lagi ada kesan kalau berdonasi itu yang hanya menerima manfaat itu adalah mustahik, tapi si donatur tidak mendapatkan manfaat sama sekali dari Baznas. Kita harus memberikan value yang dirasakan para donatur. Jadi sekali lagi justru yang akan mendapat manfaat pertama atas dikeluarkannya zakat, infak, sedekah itu ya donaturnya," ucap Rizaludin.
Rizaludin menyebut program IPB Care sebagai langkah strategis untuk memperkuat branding Baznas di mata masyarakat. Rizaludin menyampaikan reputasi dan kepercayaan itu merupakan hal yang sangat penting bagi Baznas.
"Nanti IPB Care juga saya kira akan menjaga keseimbangan ini. Bukan hanya care terhadap penerima manfaat, tapi care juga kepada donatur. Harus dijaga dan benar-benar dilayani," kata Rizaludin.
Rektor Tazkia University Muhammad Syafii Antonio menyampaikan keprihatinan sekaligus harapan besar terhadap pengembangan ekonomi berbasis syariah yang berkeadilan dan berkelanjutan. Syafii menyoroti pentingnya optimalisasi potensi ekonomi dari dua momen besar umat Islam yakni haji dan Ramadhan.
"Potensi ekonomi haji dan Ramadan sangat besar, tapi kita belum mengoptimalkannya," ujar Syafii.
Syafii menjelaskan setiap jamaah haji reguler di Indonesia rata-rata mengeluarkan dana sekitar Rp 100 juta, sementara haji plus bisa mencapai Rp 350 juta. Syafii mengatakan potensi ekonomi haji bisa mencapai ribuan triliun setiap tahunnya.
Namun demikian, Syafii menyoroti lemahnya penguasaan rantai pasok oleh Indonesia dalam industri haji. Menurutnya, sebagian besar keuntungan justru dinikmati oleh perusahaan-perusahaan negara lain.
"Yang mendapatkan benefit justru perusahaan produsen pesawat, telekomunikasi, tenda, suvenir, hingga makanan dari negara lain," ucap Syafii.
Syafii bahkan miris melihat beras Cianjur bermerek Pandan Wangi yang diproduksi di Thailand. Menurut Syafii, selain melihat haji sebagai rukun Islam kelima, umat juga harus memahami manfaat ekonominya yang sangat luas.
"Kita memberikan begitu banyak manfaat ke seluruh dunia. Di satu sisi ini berkah, tapi di sisi lain ini peringatan. Kita yang punya rukunnya, tapi kita tidak mampu mendapatkan multiple benefit," lanjut Syafii.
Sebagai solusi, Syafii menekankan pentingnya membangun kembali konsep //fardhu kifayah// dalam konteks modern sebagai kewajiban kolektif umat untuk memperbaiki industri dan memperkuat daya saing di pasar global.
Direktur Utama Capital Life Syariah Fitri Hartati menekankan pentingnya menggali potensi zakat korporasi, khususnya dari sektor industri asuransi jiwa syariah, sebagai instrumen strategis pembangunan nasional. Menurut Fitri, zakat tidak hanya sekadar ibadah ritual, namun juga memiliki dimensi sosial dan ekonomi yang sangat luas.
"Zakat bukan hanya ibadah ritual tetapi juga instrumen strategis untuk mendukung agenda pembangunan nasional, termasuk hilirisasi, ketahanan pangan, maupun pengembangan SDM untuk reindustrialisasi perekonomian Indonesia," ujar Fitri.
Fitri menyampaikan potensi zakat nasional pada 2023 mencapai Rp 327 triliun per tahun. Namun, realisasi penghimpunannya masih jauh dari harapan.
"Penghimpunan zakat baru mencapai sekitar Rp 32 triliun atau hanya sekitar 9,7 persen dari total potensi. Ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup signifikan," ucap Fitri.
Salah satu penyebabnya, menurut Fitri, adalah rendahnya kesadaran zakat di kalangan masyarakat dan korporasi. Di samping itu, masih ada preferensi menyalurkan zakat secara pribadi serta isu kepercayaan terhadap lembaga pengelola zakat.
Namun demikian, Fitri melihat peluang besar untuk meningkatkan penghimpunan zakat melalui optimalisasi zakat korporasi di sektor-sektor yang sedang berkembang, seperti industri asuransi jiwa syariah. Fitri mengatakan pertumbuhan industri asuransi jiwa syariah cukup mengesankan dengan CAGR sebesar 14,98 persen dalam beberapa tahun terakhir.
"Angka ini jauh melampaui pertumbuhan asuransi konvensional yang hanya 1,71 persen," lanjut Fitri.
Fitri menilai sektor asuransi syariah menjadi salah satu sumber potensial zakat korporasi yang belum sepenuhnya tergarap. Fitri menjelaskan Capital Life Syariah telah menunjukkan langkah nyata dalam menyalurkan zakat korporasi.
"Kami telah menyalurkan zakat korporasi pada 2022 ke FEM IPB untuk program beasiswa, pengembangan UMKM, hingga perbaikan masjid," sambung Fitri.
Fitri menambahkan kolaborasi antara pelaku industri, Baznas, dan perguruan tinggi seperti FEM IPB sangat penting dalam meningkatkan kesadaran dan efektivitas penyaluran zakat. Fitri menyampaikan kolaborasi ini tidak hanya memastikan zakat tersalurkan secara tepat sasaran, tetapi juga menghasilkan dampak nyata seperti peningkatan kualitas SDM dan dukungan terhadap ekosistem reindustrialisasi.
"Zakat yang produktif dapat digunakan untuk pengembangan ekonomi, pemberdayaan UMKM, hingga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) seperti pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja," kata Fitri.