Senin 24 Jul 2023 15:46 WIB

Ada Potensi Fed Naikkan Suku Bunga, Sri Mulyani: Indonesia Resilient

Imbal hasil SBN Indonesia mengalami perbaikan.

Rep: Novita Intan/ Red: Ahmad Fikri Noor
 Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Foto: EPA-EFE/MADE NAGI
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah menilai kondisi sektor keuangan Indonesia cukup resilient. Hal ini tercermin dari imbal hasil dari surat berharga negara Indonesia yang secara konsisten mengalami perbaikan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pihaknya akan memantau rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang diprediksi menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini.

Baca Juga

“Indonesia tetap resilient dengan berbagai kebijakan yang terjadi level global terutama negara maju yang pengaruhnya sangat besar terhadap ekonomi global,” ujarnya saat konferensi pers APBN Kita, Senin (24/7/2023). 

Menurutnya, hal yang harus diperhatikan adalah kebijakan moneter The Fed yang akan merespons penurunan inflasi headline Amerika Serikat meski telah turun ke posisi tiga persen. Kemudian inflasi inti di Negeri Paman Sam tersebut masih dianggap cukup tinggi berada di level 4,7 persen. 

Sebelumnya, ekonom yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan The Fed berpotensi akan menaikan suku bunga beberapa kali lagi.

“Proyeksi Fed rate meningkat dua sampai tiga kali lagi sampai akhir 2023,” kata Bhima kepada Republika, Senin (24/7/2023).

Dia menuturkan terdapat kemungkinan Fed rate kembali naik. Hal itu juga menyusul proyeksi inflasi inti di Amerika Serikat (AS) masih cukup tinggi dibanding sebelum pandemi Covid-19. Bhima menilai, kebijakan moneter di Amerika Serikat masih akan agresif menaikan suku bunga. 

“Ini akan sebabkan tekanan kurs dan aliran modal asing portofolio di negara berkembang seperti Indonesia,” jelas Bhima.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement