REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen Energi Baru Terbarukan, Quantum Power menyatakan kesediaannya untuk berinvestasi dalam proyek-proyek PLTS berskala besar untuk menyediakan listrik bersih bagi ibu kota baru Indonesia, Nusantara. CEO Quantum Power Asia, Simon G Bell mengatakan, melalui proyek tersebut, akan dihasilkan nilai total proyek aktif Quantum yang mencapai lebih dari lima gigawatt (GW) dengan estimasi investasi modal langsung sebesar lebih dari 7 miliar dolar AS untuk Indonesia.
Quantum Power Asia Pte Ltd menjadi pengembang PLTS skala utilitas pertama di Indonesia. Perusahaan menyatakan niatnya tersebut saat pelaksanaan Misi Bisnis Singapura ke IKN Nusantara pada Rabu (31/5/2023). Kunjungan investasi bisnis ke lokasi ibu kota baru Indonesia ini merupakan kolaborasi antara berbagai lembaga di Indonesia dan Singapura yang diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari pertemuan para pemimpin kedua negara pada Maret lalu.
Simon mengkonfirmasi kesediaan Quantum untuk mendukung pembangunan IKN kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Quantum menyebut akan mendukung Nusantara untuk menjadi kota net zero emission pada 2045.
"Komitmen Pemerintah Indonesia untuk membangun Nusantara telah kami saksikan. Langkah memberdayakan Nusantara melalui energi bersih merupakan bentuk aksi kami sesuai prinsip utama Quantum yaitu Indonesia First," katanya dalam pernyataan resmi dikutip Republika, Jumat (2/6/2023).
Ia menyampaikan, perusahaan menyediakan diri untuk menjadi katalis untuk transisi energi bersih di Indonesia. Hal itu mulai dari menghijaukan rantai pasokan nikel di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi hingga mengurangi emisi karbon di sektor pertambangan.
Pada 2022, Quantum juga telah menandatangani binding term sheet dengan Nickel Industries Limited untuk memasok smelternya dengan tenaga surya sebesar 500 Megawatt (MW) sebagai tahap pertama program satu GW yang lebih besar.
Quantum juga sedang mengembangkan proyek PLTS 3,5 GWp dengan kapasitas baterai 12 GWh yang akan dibangun di Indonesia dengan investasi modal langsung sebesar 6 miliar dolar AS.
"Jika disetujui, proyek ini akan memasok listrik ke masyarakat lokal di Kepulauan Riau dan kelebihan energi bersih yang dihasilkan akan diekspor ke Singapura," ujarnya.
Simon menambahkan, sebagai bagian tak terpisahkan dari proyek ini, Quantum dan mitra usaha patungannya, Ib Vogt sedang mempersiapkan pembangunan pabrik manufaktur panel Solar Photovoltaic (PV) berkapasitas satu GW di Indonesia yang memenuhi syarat TKDN.
"Perusahaan berkomitmen untuk membeli minimal 1 GWp panel surya buatan Indonesia setiap tahunnya selama minimal tiga tahun. Komitmen awal untuk membeli panel surya buatan Indonesia dapat ditingkatkan setelah pembangkit listrik tenaga surya di Nusantara berhasil dikembangkan," kata dia.
Ia menjelaskan, proyek ekspor listrik bersih Singapura merupakan faktor pendorong utama bagi Anantara, sebuah joint venture yang didirikan oleh Quantum dan ib vogt, untuk membuat komitmen dalam mempercepat produksi PV surya berskala besar dengan produk berstandar internasional di Indonesia.
Kedua perusahaan juga telah menyatakan bahwa seiring dengan meningkatnya kualitas, biaya, dan kemajuan teknologi panel buatan Indonesia yang menjadi kompetitif secara global, para mitra juga akan membeli panel buatan Indonesia untuk proyek-proyek internasional mereka di negara lain.
"Proyek ekspor Anantara akan membuka jalan bagi pabrik manufaktur panel PV surya skala GW pertama dari merek tier 1 untuk dibangun di Indonesia dan menciptakan efek bola salju untuk perluasan manufaktur panel PV surya kelas dunia di Indonesia," kata dia.