Selasa 08 Feb 2022 14:37 WIB

Indonesia Targetkan Rp 250 Triliun Investasi dari Presidensi G20

Target investasi tersebut terutama untuk sektor hilir.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pertumbuhan Investasi
Foto: Pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menargetkan bisa meraih sekitar Rp 200 triliun hingga Rp 250 triliun investasi dalam Presidensi G20 2022."Ini angka kasar ya, bukan angka pasti. Dalam target kami, ini minimal Rp200 triliun-Rp250 triliun itu bisa kita jadikan target," kata Bahlil dalam Inaugurasi Kelompok Kerja Perdagangan, Investasi, dan Industri G20/Inauguration Trade, Investment, and Industry Working Group (TWIIWG) yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (8/2/2022).

Bahlil mengungkapkan pihaknya tengah menyusun dan merumuskan angka rincinya sehingga angka yang ia sebutkan merupakan hitungan sementara. Namun ia memastikan salah satu sektor yang akan didorong untuk bisa memenuhi target tersebut adalah hilirisasi. 

Baca Juga

Pemerintah saat ini memang tengah menggenjot hilirisasi, khususnya hilirisasi mineral dan batu bara (minerba)."Yang jadi fokus kita ini adalah hilirisasi, di sektor apa? Batu bara menuju DME dan metanol, nikel menuju baterai, copper (tembaga), harus ada sampai minimal 70 persen nilai tambahnya," kata Bahlil.

Bahlil menuturkan Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang saat ini membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu. Pasalnya, Indonesia langsung memanfaatkan bahan baku mineral yang dimilikinya dan mengolahnya menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

"Tidak ada negara di dunia ini yang memulai membuat industri baterai cell-nya dari tambang. Nah Indonesia sekarang masuk dari tambang, masuk ke smelter, prekursor, katoda, sampai battery cell," kata Bahlil.

Menurut dia,konsep hilirisasi yang dilakukan Indonesia harus bisa tersampaikan kepada dunia bahwa Indonesia berada pada posisi terdepan dalam memainkan peran terkait energi hijau."Ini concern kita agar kemudian dunia, terutama Eropa, tahu konsep besar investasi dari hulu ke hilir, hilirisasi di Indonesia," papar Bahlil.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement