Kamis 12 Aug 2021 22:59 WIB

Kemendag Dorong Penggunaan QRIS untuk Transaksi Perdagangan

Kemendag terus sosialisasi penggunaan QRIS yang untungkan pedagang

Pembeli membayar dengan metode scan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di warung KE Angkringan, Ampera, Jakarta. Wakil menteri perdagangan Jerry Sambuaga terus menggenjot digitalisasi pasar dan transaksi. Oleh karena itu ia terus melakukan sosialisasi dan menghimbau stake holder agar memanfaatkan QRIS (Quick response code Indonesian Standard) secara optimal.
Foto:

Menurut Jerry sosialisasi mengenai QRIS oleh para pedagang dan pengusaha akan sangat menguntungkan. Pasalnya, para pedagang dan pelaku usaha akan mengurangi kerepotan dan kerumitan pada proses transaksi tunai. Masyarakat Indonesia selama ini memang punya kultur transaksi tunai. Perlu upaya yang cukup intensif agar bisa beralih pada digitalisasi transaksi. 

“Kultur itu harus diubah sedikit demi sedikit karena ke depan memang arahnya akan terdigitalisasi semua. Bahkan untuk daerah perkotaan, belum semua menggunakan transaksi secara digital secara optimal. Jadi sudah menjadi tugas bersama untuk terus mendidik masyarakat,” imbuh Jerry.

Dalam hemat Jerry, di tengah pandemi, penggunaan QRIS juga akan membuka terobosan dalam proses belanja. Jerry mengatakan bahwa agar bisa berjualan di tengah berbagai pembatasan aktivitas sosial, penggunaan QRIS bisa mmebuka alternatif baru.

Ia mencontohkan bahwa dengan pemasangan QRIS dipadukan dengan sistem penjualan lewat online seperti WA, tenant-tenant di mall masih bisa berjualan.

“Jadi para tenant tinggal pasang QRIS saja. Kirim barcode QRIS ke jaringan whatsapp dan yang lain. Jadi customer pesan dan bayar langsung tanpa harus ke mall, lewat jaringan online saja. Dengan begitu dampak pandemi dalam penjualan bisa ditekan,” kata Wamendag.

Selain menguntungkan masyarakat dan pelaku usaha, menurut Wamendag, digitalisasi transaksi juga akan menguntungkan negara, khususnya dalam membantu Bank Indonesia untuk menekan penggunaan uang fisik (kartal). Ini akan menekan biaya pencetakan uang baru dan berbagai proses mekanisme di bank-bank yang melayani masyarakat. Sebagai contoh pada tahun 2015 biaya cetak uang rupiah sepanjang tahun mencapai Rp 3,5 triliun.

Karena itulah Bank Indonesia terus menyosialisasikan agar masyarakat merawat uang mereka dengan baik dengan tidak ditekuk dan sebagainya. Sementara sumebrdaya yang digunakan dalam proses transaksi perbankan dengan menggunakan uang fisik juga sangat besar dan menyita waktu. Digitalisasi diharapkan bisa mereduksi semua itu.

 

“Intinya dengan digitalisasi, dengan penggunaan QRIS semua akan diuntungkan. Karena itu mari kita bantu BI dan Pemerintah untuk terus sosialisasikan digitalisasi transaksi,” tutur Jerry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement