REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan menyatakan, rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 dari Rusia dengan skema imbal beli dengan Indonesia belum belum menemui kepastian. Padahal, rencana tersebut telah digulirkan sejak 2017 lalu.
Koordinator Bidang Peningkatan Akses Pasar Kemendag Bambang Jaka, mengatakan, setidaknya sudah lebih dari tiga tahun posisi Indonesia belum mendapatkan kepastian dengan rusia.
Menurut dia, seluruh keperluan untuk merealisasikan proses imbal beli sudah diselesaikan. Kemendag juga telah memetakan perusahaan-perusahaan Indonesia yang akan memasok produk-produk yang ditawarkan dalam skema pertukaran tersebut.
“Poinnya adalah masih berproses. Tinggal bagaimana pimpinan-pimpinan di Republik ini berani mengambil, bukan mengambil risiko dalam konteks gambling, tetapi memutuskan take it or leave it untuk Sukhoi,” kata Bambang dalam webinar, Kamis (29/7).
Diketahui, pihak Rusia diwajibkan untuk membeli komoditas asal Indonesia sebesar 50 persen dari nilai pembelian Sukhoi dalam skema imbal beli tersebut. Adapun, total nilai pembelian untuk 11 unit alat tempur tercatat mencapai 1,14 miliar dolar AS, sedangkan kontribusi dari imbal beli mencapai 570 juta dolar AS.
Apabila transaksi kedua negara berjalan lancar, pesawat tempur dengan spesifikasi persenjataan lengkap (full combat) akan datang secara bertahap, yakni kloter pertama dua pesawat, lalu kloter kedua empat pesawat dan kloter ketiga lima pesawat.
Sebelumnya Kemendag menyampaikan terdapat 16 komoditas yang diajukan sebagai komoditas untuk ditukar dengan Sukhoir dengan Rusia. Komoditas itu diantaranya, kopi, karet, biskui, serta minyak kelapa sawit.