REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menuturkan wabah Covid-19 menjadi catatan bagi pemerintah untuk terus meningkatkan kemampuan petani di dalam negeri. Sebab, peran petani amat strategis dalam penyediaan pangan dalam negeri, terlebih saat banyaknya berbagai pembatasan sosial yang diterapkan saat ini.
"Ada dua yang harus disiapkan, pertama kemampuan medis dan kesehatan. Kedua, petani karena kalau kita tidak makan ya mohon maaf," kata Syahrul dalam video conference, Senin (13/4).
Syahrul mengatakan, sektor pertanian butuh pembenahan agar lebih efektif, lancar dalam proses produksi dan distribusi. Karena itu, diperlukan regenerasi petani yang saat ini didominasi oleh generasi tua. Dari 33,4 juta petani yang ada, hanya sembilan persen atau sekitar 2,7 juta petani yang berusia muda antara 19-39 tahun.
Di sisi lain, keberadaan perusahaan rintisan yang menghubungkan antara produk pertanian dan konsumen harus terus didukung. Sebab, kata SYL, berkat mereka akses pangan menjadi lebih mudah dan petani bisa memiliki jangkauan pasar yang lebih luas.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menuturkan, pejuang Covid-19 bukan hanya dokter dan para tenaga medis. Namun juga petani yang setiap hari berada di sawah untuk menanam, mengolah tanah, dan memanden hasil taninya.
"Andaikan selama Covid-19 pangan kita bermasalah, habis semua. Jadi kegiatan pertanian tidak boleh berhenti," kata Dedi.
Ia menuturkan, pertanian merupakan garda terdepan untuk pencegahan Covid-19. Sebab, dengan ketersediaan pangan yang cukup, masyarakat bisa menjaga imunitas tubuh. Oleh karena itu pihaknya pun meminta dukungan publik agar terus mendukung petani untuk terus menjaga produksi pangan dalam negeri.
"Pokoknya petani harus semangat. Besok mau kiamat pun, apapun kondisinya, tidak boleh berhenti. Terus menanam, mengolah tanahnya, dan memanen," kata dia.