REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Rakyat, sebuah gagasan Presiden Prabowo Subianto untuk memuliakan keluarga miskin, sebuah misi menciptakan kesempatan sama rata bagi seluruh anak negeri, dan upaya mencetak generasi unggul melalui pendidikan berkualitas. Republika menggali lebih dalam terkait urgensi perlunya Sekolah Rakyat lahir dan bergerak mempercepat perubahan.
Wawancara khusus Republika dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberikan gambaran lebih luas program strategis prioritas ini. Erick menyatakan program Sekolah Rakyat (SR) bukan sekadar upaya Presiden Prabowo Subianto menghadirkan keadilan pendidikan, melainkan bagian dari strategi besar membangun karakter bangsa melalui disiplin dan mental tangguh.
“Kalau kita membangun bangsa ini, salah satunya yang saya selalu bilang adalah membangun disiplin dan membangun mental," ujar Erick saat berbincang dengan Republika di Jakarta, Jumat (1/8/2025).
Erick yang juga merupakan Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) mencontohkan pengalaman dalam dunia sepak bola, di mana mayoritas pemain nasional berasal dari latar belakang keluarga tidak mampu. Erick menyebut sekitar 30–40 persen pemain U-17 Indonesia yang lolos seleksi berasal dari keluarga yang menjadi penerima manfaat program PNM Mekaar, sebuah inisiatif pembiayaan usaha mikro yang dijalankan BUMN.
"Jadi ibu-ibu di desa meminjam dana dari program pemerintah melalui PNM untuk pendanaan usaha. Lalu anak-anak mereka, karena terbantu secara ekonomi, bisa berkembang jadi pemain bola yang pintar. Ini adalah kesinambungan program dari ekonomi keluarga ke masa depan anak-anak," ucap Erick.
Menurut Erick, Sekolah Rakyat juga akan melatih anak-anak dari keluarga prasejahtera untuk hidup lebih disiplin. Ia menilai perubahan gaya hidup dari yang semula bebas menjadi teratur di lingkungan asrama akan menjadi proses penting pembentukan karakter.
“Nanti murid-muridnya tentu perlu adaptasi. Yang tadinya malam main, sekarang tidur lebih awal. Harus bangun pagi, olahraga, sekolah, makan, dan tidur tepat waktu. Ini proses pembentukan mental dan kebiasaan baik,” ungkap Erick.
Erick juga mengungkapkan kekagumannya terhadap surat tulisan tangan Erni Andayani, siswi penerima manfaat Sekolah Rakyat, kepada Presiden Prabowo. Menurutnya, surat itu menunjukkan semangat dan harapan anak-anak Indonesia jika diberi kesempatan.
“Yang ditulis oleh Erni itu pasti nyata dan saya yakin anak-anak Indonesia punya kapabilitas yang sama dengan anak-anak di negara mana pun. Cuma kesempatannya yang belum merata. Dan kita harus ucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo,” lanjut Erick.
Sebagai Ketua Umum PSSI, ia juga menegaskan pentingnya membangun fighting spirit dalam olahraga dan pendidikan. Ia mencontohkan bagaimana semangat bertarung harus dimiliki, bahkan saat timnas Indonesia yang berada di peringkat 118 menghadapi tim-tim dunia di peringkat 20 besar.
“Itulah optimisme bangsa. Anak-anak dari keluarga miskin juga harus punya mata yang terbuka dan tekad kuat. Mereka bisa jadi pemimpin masa depan, dari latar belakang yang mungkin tidak pernah terbayangkan," ucap Erick.
Erick menutup dengan kisah pribadi, mengenang perjuangan sang ayah yang berasal dari Gunung Sugih, Lampung, dan berani merantau pada usia 9–10 tahun demi pendidikan.
"Bapak saya mungkin tak pernah membayangkan anak-anaknya bisa berkontribusi untuk negara. Tapi itu semua dimulai dari keberanian mengejar pendidikan," kata Erick.