Rabu 08 Jan 2020 21:19 WIB

Kementerian ESDM Upayakan Harga Gas Industri Terjangkau

Pemerintah mencoba memastikan bahwa harga gas di hulu bisa murah .

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Seorang pekerja tengah melakukan aktivitasnya pada sebuah industri vulkanisir ban, di kawasan industri Tambak Aji yang ada di wilayah Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (3/10). Industri ini memanfaatkan gas bumi yang dipasok oleh PGN.
Foto: Bowo Pribadi.
Seorang pekerja tengah melakukan aktivitasnya pada sebuah industri vulkanisir ban, di kawasan industri Tambak Aji yang ada di wilayah Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (3/10). Industri ini memanfaatkan gas bumi yang dipasok oleh PGN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan pemerintah mengupayakan harga gas bisa terjangkau untuk industri. Djoko menjelaskan ada beberapa upaya untuk memastikan harga gas di hulu ataupun yang dibeli oleh PGN murah sehingga paling tidak harga gas bisa enam dolar per mmbtu.

Baca Juga

Djoko menjelaskan upaya pertama adalah pemerintah mencoba memastikan bahwa harga gas di hulu bisa murah dengan cara mengurangi porsian pemerintah melalui pengurangan PNBP. Ia menjelaskan cara ini dilakukan apabila harga di hulu ternyata lebih dari enam dolar per mmbtu.

"Misalnya nggak bisa di bawah enam atau enam, hulunya berapa misalnya, biar enam di midstream maka perlu diturunkan. Tapi hulu ternyata berkurang keekonomiannya, maka yasudah berapa bagian pemerintah dikurangi saja sehingga harganya empat sampai lima dolar per mmbtu agar kontraktornya juga tidak merugi," ujar Djoko di Kementerian ESDM, Rabu (8/1).

Opsi kedua, kata Djoko selama ini ada LNG kargo yang sebenarnya tidak terserap karena persoalan sisa kontrak atau kesepakatan yang berubah. Biasanya, LNG ini dilepas pada pasar spot. Untuk bisa memaksimalkan serapan dan juga mendapatkan harga murah, maka pemerintah mengupayakan lelang LNG ini kepada PGN agar PGN bisa menyerap LNG dengan harga murah.

"Intinya adalah, kan kita sekarang masih ada ekpsor LNG dalam bentuk spot. Itu yang kita coba, semua diserap oleh PGN. Berapa PGN bisa menjual ke industri konsumen akhir dengan 6 dolar AS per mmbtu, berapa harga LNG yang dia mampu beli. Ini kan dilelang ama KKKS. Nah PGN aja yg serap," ujar Djoko.

Meski pemerintah berupaya untuk menurunkan harga gas, namun Djoko juga mengimbau para industri bisa melakukan efisiensi yang sama seperti yang pemerintah lakukan. Sebab, kata Djoko, jika berbicara perbandingan dengan negara lain, industri di negara lain juga menyerap LNG dari Indonesia dengan harga market yang ada. Hal ini kata Djoko membuktikan bahwa sebenarnya dengan harga gas sesuai harga pasar masih banyak industri yang menyerap.

"LNG kita dieskpor kan? dengan harga ekspor. Negara yang beli untuk industri juga. Kok dia bisa bersaing? Artinya industri dia efisien. Nah, saya minta industri dalam negeri juga efisien. Karena dengan harga sama negeri lain bisa beli LNG kita," ujar Djoko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement