REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, memprediksi The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin menjadi 4 persen pada 2025. Prediksi ini seiring meredanya ketegangan perang dagang global dan potensi penurunan tekanan inflasi.
“Dari berbagai kondisi ekonomi global yang terjadi, kami melihat ada kemungkinan FFR dipangkas 50 basis poin tahun ini, dari 4,5 persen menjadi 4 persen,” ujar Andry dalam Konferensi Pers Economic Outlook Kuartal II 2025 Bank Mandiri, yang digelar secara virtual, Senin (19/5/2025).
Ia memproyeksikan pemangkasan FFR tersebut kemungkinan terjadi pada semester II 2025. Proyeksi ini didasarkan pada pernyataan Ketua Dewan Gubernur The Fed, Jerome Powell, serta sejumlah data ekonomi terkini.
“Berdasarkan pernyataan Powell, masih ada perhatian besar terhadap ekspektasi inflasi ke depan. Data terakhir menunjukkan kekhawatiran inflasi berpotensi meningkat,” jelas Andry.
Kekhawatiran itu muncul akibat repricing di industri manufaktur Amerika Serikat, terutama terkait biaya input yang dipengaruhi kebijakan tarif. Kenaikan biaya ini, menurut Andry, bisa memicu inflasi jika tidak dikendalikan. “Namun, ketika inflasi sudah mulai terkendali dan priced in, maka terbuka ruang pemangkasan sebesar 50 basis poin,” tegasnya.
Sejalan dengan prediksi tersebut, Andry juga memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen dalam waktu dekat. “Kalau kita lihat sekarang, dengan kondisi rupiah yang relatif stabil, ada ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen. Kemungkinan besar keputusan ini akan diambil dalam RDG (Rapat Dewan Gubernur) bulan ini,” ujar Andry.