Senin 30 Dec 2019 21:16 WIB

Perang Dagang Masih Jadi Tantangan IHSG di 2020

Kesepakatan perang dagang bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Dwi Murdaningsih
Refleksi seorang karyawan melintasi layar IHSG saat penutupan perdagangan saham 2019 di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (30/12/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Refleksi seorang karyawan melintasi layar IHSG saat penutupan perdagangan saham 2019 di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (30/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong mengatakan perang dagang masih akan menjadi tantangan bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di 2020 mendatang. Menurutnya, kesepakatan perang dagang bisa menjadi sentimen negatif.

"Saya kira IHSG akan sangat tergantung pada kesepakatan trade war," kata Lukman saat dihubungi Republika, Senin (30/12).

Baca Juga

Lukman melihat ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang masih akan mendominasi di tahun depan. Menurutnya, kinerja IHSG pada tahun depan bahkan bisa lebih buruk dibandingkan tahun ini.

Lukman memperkirakan IHSG akan lebih cenderung terkoreksi hingga dibawah level 6000. Selain karena perang dagang, menurut Lukman pelemahan IHSG juga akan terdampak oleh bursa di Amerika Serikat yang rentan terkoreksi. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi sentimen IHSG.

Lukman pun menyarankan para investor agar lebih berhati-hati dalam berinvestasi. Dia merekomendasikan, agar para investor sebaiknya menghindari menanam investasi di perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan perhotelan.

"Tahun ini penerbangan udah turun, dengan biaya bahan bakar meningkat akan menekan industri travel dan pariwisata. Saya kira sektor energi masih bagus, dan harga energi masih akan naik," tutur Lukman.

Lain halnya dengan proyeksi dari Jasa Utama Capital Sekuritas. Analis Chris Apriliony optimistis, kinerja IHSG akan membaik pada 2020 mendatang. Dia pun menargetkan IHSG bisa menembus level 6700.

Menurut Chris, IHSG akan banyak dipemgaruhi oleh sentimen positif di tahun depan mulai dari penguatan rupiah hingga realisasi pemindahan ibu kota. "Selain itu, kinerja perusahaan yang masih bertumbuh seiring berakhirnya perang dagang," kata Chris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement