Ahad 22 Jun 2025 15:14 WIB

AS Ikut Serang Iran, IHSG Berpotensi Tertekan Lebih Dalam

Sentimen pasar bisa cepat berubah.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Jurnalis melaporkan terkait pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Foto: Republika/Prayogi
Jurnalis melaporkan terkait pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran dinilai akan menimbulkan gejolak signifikan di pasar modal global. Pengamat pasar modal Nefo Handojo mengatakan pasar tidak bisa menerima hambatan mikro dan makro karena pasar selalu melihat prospek pertumbuhan ke depan.

"Pasar melihat future growth yang dipengaruhi performa perusahaan atau faktor eksternal, dan itu tercermin dari harga sahamnya," kata Nefo saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (22/6/2025).

Baca Juga

Menurut Nefo, kondisi saat ini bisa memunculkan persepsi negatif yang mengarah pada ketakutan akan perang berskala luas. Hal tersebut, katanya, akan tercermin dalam harga emas sebagai safe haven maupun harga minyak dan komoditas global.

"Kondisi ini bisa memicu perlambatan ekonomi dunia karena terganggunya sisi permintaan dan suplai," lanjut Nefo.

Nefo menambahkan ekspektasi pasar besar kemungkinan akan negatif, mengingat potensi distorsi ekonomi akibat konflik tersebut. Dalam situasi seperti ini, pasar cenderung bereaksi dengan penurunan.

"Market akan bereaksi negatif karena ketakutan, dan menunggu kondisi membaik untuk bisa naik kembali," sambung Nefo.

Pasar modal, lanjut Nefo, memang dikenal sebagai pasar yang tidak efisien karena selalu dihuni oleh pembeli dan penjual dengan kepentingan berbeda. Hal ini menyebabkan fluktuasi cepat merespons berita atau ekspektasi yang berkembang.

"Artinya dengan berita yang ada saya lihat akan ada reaksi seller yg dominan karena takut dan berpikir untuk keluar dulu," ucap Nefo. 

Namun demikian, Nefo mengingatkan sentimen pasar bisa cepat berubah tergantung pada realita di lapangan. Jika kekhawatiran tak terbukti seburuk yang diperkirakan, pasar bisa segera pulih.

"Pasar akan cepat berubah apabila kenyataan yang ditakutkan tidak terjadi atau seburuk yang dipersepsikan sebelumnya, seperti contoh perang tarif kemarin," kata Nefo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement