Jumat 20 Jun 2025 10:10 WIB

IHSG Melemah, Investor Waspadai Konflik Iran-Israel dan Risiko Inflasi

Ketegangan geopolitik tekan pasar, harga minyak ikut melonjak.

Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.
Foto: Republika/Prayogi
Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (20/6/2025) pagi dibuka melemah, seiring pelaku pasar mencermati eskalasi konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah. IHSG dibuka turun 20,36 poin atau 0,29 persen ke posisi 6.948,28. Sementara itu, indeks LQ45—kelompok 45 saham unggulan—juga melemah 3,55 poin atau 0,46 persen ke level 771,26.

“Setelah IHSG terkoreksi cukup dalam kemarin, indeks berpeluang technical rebound jangka pendek ke kisaran 7.000–7.050. Namun, ini bisa dimanfaatkan untuk take profit, karena IHSG masih berpotensi koreksi ke level 6.800 dalam waktu dekat,” ujar Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Dari sisi global, pasar masih memantau respons para pemimpin dunia terhadap konflik Iran–Israel yang kian memanas. Pelaku pasar berharap adanya negosiasi antara Uni Eropa dan Amerika Serikat dengan negara-negara yang terlibat konflik, yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat (20/6), dan diharapkan dapat meredakan ketegangan.

Kekhawatiran pasar semakin meningkat karena potensi meluasnya konflik yang dapat melibatkan lebih banyak negara, termasuk negara-negara besar pendukung Iran maupun Israel.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan kembali menggelar pertemuan keamanan nasional di Situation Room Gedung Putih—yang kedua dalam dua hari terakhir—untuk membahas potensi aksi militer terhadap Iran di tengah meningkatnya eskalasi konflik.

Trump masih mempertimbangkan langkah selanjutnya, termasuk opsi serangan militer ke Iran, yang dinilai dapat memperparah ketegangan geopolitik dalam waktu dekat.

Ketegangan tersebut juga memicu kekhawatiran akan terganggunya rantai pasok komoditas energi, terutama minyak dan gas, yang mendorong lonjakan harga kedua komoditas tersebut. Akibatnya, risiko inflasi global meningkat, sehingga ruang bagi bank sentral utama dunia—khususnya Federal Reserve (The Fed)—untuk memangkas suku bunga pada sisa tahun ini menjadi semakin terbatas.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement