Ahad 22 Jun 2025 18:45 WIB

Ini Proyeksi Guncangan Pasar Akibat Serangan AS ke Iran

Serangan AS merupakan eskalasi besar dalam konflik tersebut.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Foto: Republika/Prayogi
Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan terhadap tiga lokasi nuklir di Iran menuai reaksi beragam dari kalangan investor. Setelah berhari-hari berunding dan jauh sebelum batas waktu dua minggu yang ditetapkannya, keputusan Trump untuk bergabung dengan kampanye militer Israel melawan pesaing utamanya, Iran, merupakan eskalasi besar dalam konflik tersebut.

Analis keuangan dari Potomac River Capital, Mark Spindel mengatakan keputusan tersebut akan memberikan konsekuensi terhadap situasi pasar finansial. Mark meyakini situasi tersebut akan mendongkrak lonjakan harga minyak mentah dunia.

Baca Juga

"Apa yang terjadi selanjutnya? Saya pikir ketidakpastian akan menyelimuti pasar, karena sekarang orang Amerika di mana-mana akan terekspos. Ini akan meningkatkan ketidakpastian dan volatilitas, khususnya dalam minyak," ujar Mark seperti dilansir dari Reuters pada Ahad (22/6/2025).

Mark menyebut sikap Trump terlalu berani yang menimbulkan ketidakpastian ekonomi global ke depan. Mark menilai keputusan tersebut bertolak belakang dengan upaya mengedepankan negosiasi.

"Ini adalah tindakan yang sangat berani, dan sangat kontras dengan komentar tentang negosiasi untuk dua minggu ke depan," ucap Mark.

Managing Partner Harris Financial Group Jamie Cox meyakini harga minyak akan melonjak tinggi, meski kemungkinan akan stabil dalam beberapa hari awal. Sementara, Chief Invesment Cresset Capital Jack Ablin mengatakan kondisi tersebut kian meningkat risiko pasar finansial AS. Jack memproyeksikan keputusan Trump akan berdampak signifikan terhadap harga komoditas global.

"Hal ini menambah risiko baru yang rumit dan harus kita pertimbangkan dan perhatikan. Hal ini pasti akan berdampak pada harga energi dan berpotensi pada inflasi juga," kata Jack.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement