REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan telah menyiapkan langkah antisipatif bagi area persawahan yang mengalami puso atau gagal panen akibat bencana banjir. Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi menyatakan, total asuransi yang disiapkan mencapai Rp 10 miliar untuk 1.750 hektare.
"Kita sudah keluarkan asuransi. Sudah kita antisipasi kalau memanng ada puso," kata Agung saat ditemui di Kementerian Koordiantor Perekonomian, Kamis (26/12).
Agung memastikan, mekanisme klaim asuransi bagi mereka yang telah mengasuransikan sawahnya tidak akan sulit. "Mudah untuk klaim, mereka tinggal ke Jasindo lalu diverifikasi oleh petugasnya, selesai. Tapi ini khusus untuk puso ya. Kalau terendam tapi tidak puso ya masak minta klaim," kata Agung.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Suwandi mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan langkah antisipasi ancaman banjir sejak dini. Ia mengklaim, Kementerian Pertanian dengan seluruh Dinas Pertanian rutin dalam menginformasikan data iklim dan curah hujan harian di masing-masing lokasi.
Perawatan saluran irigasi juga terus dilakukan untuk memastikan kelancaran arus air. Di satu sisi, Suwandi mengatakan bahwa Kementan telah menyiapkan fasilitas pompa air di wilayah-wilayah persawahan yang rawan banjir.
"Sebetulnya, justru saat musim hujan ini petani sedang giat mengejar tanam baik di lahan sawah irigasi maupun lahan tadah hujan," ujar dia.
Adapun, pada periode November-Desember ini berdasarkan laporan yang dihimpun Kementan, sebanyak 659 hektare sawah terkena banjir. Sebanyak 46 hektare di antaranya mengalami puso.
"Lahan yang terkena banjir seperti di Aceh, Sumatera Utara, dan lainnya," ujarnya singkat.