REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti menyampaikan penguatan kolaborasi Indonesia–Korea Selatan sebagai langkah strategis percepatan transformasi menuju pertanian modern. Ia menilai kemitraan kedua negara memberi pijakan penting bagi peningkatan kapasitas teknologi sekaligus perluasan adopsi smart farming di Tanah Air.
Idha menyampaikan optimisme tersebut pada penutupan Enhancing Millennial Farmers’ Income by Adopting K-Smart Farm Technologies in Indonesia Project atau Proyek K-Smart Farm di kantor pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Selasa (18/11/2025). Acara itu dihadiri delegasi senior dari MAFRA Korea, pimpinan EPIS, serta perwakilan Kedutaan Besar Korea yang menandai konsistensi dukungan kedua negara dalam modernisasi pertanian.
“Penutupan proyek ini bukanlah akhir, melainkan fondasi bagi kerja sama lanjutan dalam smart farming, transformasi digital, dan peningkatan kapasitas SDM pertanian,” ujarnya.
Delegasi Indonesia pada kesempatan yang sama terdiri atas jajaran pimpinan Kementan, termasuk Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Sekretaris Badan, serta pejabat unit pelatihan. Mereka menyampaikan apresiasi atas kontribusi teknologi dan pendampingan Korea dalam pembangunan ekosistem smart farming selama tiga tahun terakhir.
Kolaborasi tersebut menghasilkan 24 smart greenhouse yang terbangun di dua lokasi, yakni BBPP Ketindan dan Polbangtan Bogor. Fasilitas ini dilengkapi sistem irigasi otomatis, pengendalian iklim terintegrasi, serta pemantauan berbasis IoT yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi produksi sekaligus memperkuat kapasitas pendidikan pertanian.
Idha merinci nilai hibah proyek yang mencapai 4,71 juta dolar AS atau sekitar Rp 70,6 miliar. Ia menyebut investasi itu sebagai bukti komitmen Pemerintah Korea Selatan dalam mendorong modernisasi pertanian di Indonesia, termasuk transfer teknologi dan penguatan model pembelajaran berbasis inovasi.
Pada tahap implementasi, petani milenial dan staf teknis Indonesia ikut mendalami operasional smart farming bersama tim Korea. Proses pendampingan tersebut mampu mempercepat transisi menuju kemandirian teknologi. Melalui pendekatan amati–tiru–modifikasi, sebagian peserta bahkan mengembangkan prototipe smart greenhouse berbiaya rendah dengan memanfaatkan bahan lokal.
Idha menjelaskan pengembangan Smart Farming Innovation Valley akan menjadi agenda lanjutan setelah proyek ini tuntas. Fase pilot dijalankan pada 2025–2026, disusul difusi nasional hingga 2029, dan pembangunan Smart Farm Hub pada 2030 untuk memperluas dampak inovasi di berbagai daerah.