REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) terus memacu perluasan lahan dan peningkatan produksi tanaman kedelai hingga bisa swasembada. Kabupaten Cianjur, Jawa Barat salah satu daerah yang memiliki potensi lahan untuk didorong petaninya menanam kedelai karena memang budidaya kedelai lebih menguntungkan.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Amiruddin Pohan menyebutkan dalam mendorong budidaya kedelai tersebut, tahun 2019 ini Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki program kedelai seluas 1 juta hektar. Kegiataannya sendiri dalam bentuk budidaya monokultur dan tumpangsari dengan padi maupun jagung.
“Di Cianjur ini kami menyalurkan benih kedelai bersertifikat total seluas 3.005 hektar, rinciannya monokultur seluas 2.095 hektar dan tumpangsari kedelai-jagung seluas 910 hektar,” demikian dikatakan Amiruddin di Jakarta, Jumat (16/8).
Menurutnya, adanya program ini, menunjukkan Kementan sangat fokus menggalakkan penanaman kedelai, penanamanya tidak memerlukan area khusus, namun juga pematang sawah pun mulai Kementan coba perkenalkan lagi ke petani. Kedelai ini bisa jadi refugia juga untuk tanaman padi di sawah.
“Tentu hasilnya jadi lebih menguntungkan dengan memanfaatkan potensi lahan kosong seperti ini,” terang Amiruddin.
Khusus penanaman kedelai di Cianjur, Amiruddin menjelaskan berdasarkan hasil monitoring pelaksanan kegiatan peningkatan produksi kedelai di kecamatan Tanggeung, Kabupaten Cianjur, diketahui saat ini benih bantuan yang telah tersalur dan tertanam seluas 100 ha. “Hasilnya, saat ini telah memasuki masa panen. Petani puas dengan kondisi pertanaman dan nanti akan mendapatkan keuntungan yang memuaskan,” jelasnya.
Acep, Ketua Poktan Lembur Sawah di Desa Kertajaya menuturkan di lahannya seluas 50 hektar telah dipanen kedelai varietas Anjasmoro. Hasilnya, bercocok tanam kedelai lebih menguntungkan dibandingkan dengan bertanam padi karena lahan di sini umumnya berupa lahan sawah tadah hujan yang ada di perbukitan. Kalapun berhasil tanam padi, provitasnya masih rendah di kisaran 3 hingga 4 ton per hektar.
“Sudah gitu tanama padi biayanya juga tidak sedikit, soalnya kami harus mengeluarkan biaya untuk olah tanah, sedangkan kalau kedelai kan kami tidak perlu itu. Cukup dibersihkan saja kemudian langsung ditugal,” tuturnya.
Acep menekankan budidaya kedelai tentunya juga tidak membutuhkan terlalu banyak air seperti padi. Kondisi tersebut membuat petani di Desa kertareja dapat bercocok tanam kedelai selama dua kali setahun, sedangkan padi satu kali.
“Pengalaman tahun lalu provitas kedelai mencapai 1,6 ton per hektar dan masih sama sekitaran segitu angkanya untuk tahun ini. Dari jumlah itu yang 1,2 ton nya kami jadikan calon benih, sedangkan sisanya 400 kg kita jual untuk konsumsi,” cetusnya.
Harga pasca panen kedelai pun saat ini cukup baik, yakni saat ini harga jual kedelai konsumsi berada dikisaran Rp7.000 hingga 7.250 per kg, sedangkan apabila hasil panen kedelai dikelola menjadi benih nilai jual dikisaran Rp8.500 per kg. Kalau dihitung-hitung biaya produksinya hanya mencapai Rp 7 juta per ha.
“Sedangkan yang kita jual sebagai konsumsi dan benih total Rp 13 juta, maka masih ada keuntungan kita Rp 6 juta per ha. Kondisi ini membuat petani di wilayah Desa Kertajaya lebih tertarik bertanam kedelai karena lebih menguntungkan,” akuinya.
Sementara itu, Ketua Poktan Mekar Mukti, Herman menuturkan kelompok tani di Kecamatan Sindang Barang telah menerima bantuan benih kedelai dan sudah mulai tanam varietas anjasmoro seluas 300 ha. Meskipun kondisi musim kemarau, petani disana tetap bersemangat menanam kedelai di lahan sawahnya yg telah panen.
“Strategi yang kami lakukan adalah dengan mengoptimalkan lahan-lahan yang dekat sumber air dengan pompanisasi dan memanfaatkan lahan di sekitar bantaran sungai seperti di desa Muara Cikadu dan Desa Giri Mukti. Dari luas 300 hektar bantuan benih kedelai yang telah tertanam, sekitar 40 hingga 50 persen akan dikawal untuk dibenihkan kembali sedangkan sisanya menjadi kedelai konsumsi untuk dijual ke pengrajin tahu-tempe,” tuturnya.
Harga jual calon benih ini lebih baik dibandingkan kedelai konsumsi jadi kami tentu lebih tertarik untuk menangkarkan pertanaman kedelainya menjadi benih.