Selasa 19 Aug 2025 15:44 WIB

Mentan: Semua Penggilingan Harus Akur, Yang Kecil Diberi Ruang

Pemerintah mendorong agar persaingan tersebut berjalan adil di lapangan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Foto: Dok Kementan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya persaingan sehat antar penggilingan padi, baik kecil, menengah, maupun besar. Pemerintah, kata Amran, akan terus mendorong agar persaingan tersebut berjalan adil di lapangan.

Amran menjelaskan, saat ini terdapat tiga klaster penggilingan padi, yakni 161 ribu unit penggilingan kecil, 7.300 unit menengah, dan 1.065 unit besar. Kapasitas giling masing-masing mencapai 116 juta ton untuk penggilingan kecil, 21 juta ton menengah, dan 30 juta ton besar.

Baca Juga

Sementara itu, produksi gabah nasional hanya sekitar 65 juta ton. Kondisi ini menyebabkan kapasitas giling jauh melampaui produksi sehingga banyak mesin tidak beroperasi optimal.

"Ke depan kita harus akur," kata Amran saat menghadiri panen raya di Desa Srimahi, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/8/2025).

Ia menjelaskan, faktor musiman turut memengaruhi aktivitas penggilingan. Sekitar 70 persen produksi padi nasional terjadi pada semester pertama (Januari–Juni). Akibatnya, pada semester kedua, pasokan gabah berkurang sehingga sebagian penggilingan berhenti beroperasi.

Meski begitu, Amran melihat peluang bagi penggilingan kecil di tengah perubahan pola konsumsi masyarakat. Sebagian konsumen beras premium mulai beralih dari ritel modern ke pasar tradisional, yang umumnya memasok beras medium dari penggilingan kecil.

"Yang kecil juga harus diberi ruang. Jangan sampai kapasitasnya sudah idle, malah diambil lagi oleh yang besar," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Amran turut mendampingi Jaksa Agung ST Burhanuddin dalam kegiatan panen raya bertajuk Program Jaksa Mandiri Pangan di lahan sitaan Kejaksaan Agung di Desa Srimahi.

Lahan seluas tujuh hektare itu sebelumnya milik terpidana kasus Jiwasraya dan Asabri, Benny Tjokro. Burhanuddin mengatakan, panen kali ini menghasilkan 7–8 ton gabah kering panen (GKP) per hektare.

"Tanah sitaan negara yang belum dilelang kita manfaatkan untuk mendukung swasembada pangan," ujarnya.

Seluruh hasil panen diserahkan kepada petani pengelola dengan Bulog sebagai pembeli (offtaker) sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) Rp6.500 per kilogram.

Secara nasional, Program Jaksa Mandiri Pangan mengelola 414 bidang tanah rampasan seluas lebih dari 330 hektare. Dengan produktivitas rata-rata 5 ton per hektare, potensi panen diperkirakan mencapai 1.650 ton padi per musim.

Program ini melibatkan Kejaksaan, Kementan, PT Pupuk Indonesia, dan Bulog. Selain memperkuat lumbung pangan nasional, pemanfaatan aset rampasan juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketergantungan petani pada tengkulak, sekaligus membuka peluang ekspor bila terjadi surplus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement