Selasa 06 Aug 2019 16:47 WIB

Kabinet Baru Diharapkan Pro Bisnis dan Investasi

Pertumbuhan ekonomi saat ini tergantung pada faktor internal, khususnya rumah tangga.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Investasi
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyatakan, melemahnya pertumbuhan ekonomi saat ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Maka hal itu perlu ditopang dengan regulasi yang akurat sehingga kabinet baru yang dibentuk nanti diharapkan bisa pro bisnis dan investasi.

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2019 hanya sebesar 5,05 persen secara tahunan. Angka tersebut menunjukkan perlambatan jika dibandingkan kuartal II 2018 yang mencapai 5,27 persen. Pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2019 pun tercatat lesu di angka 5,07 persen secara tahunan.

Baca Juga

“Pertumbuhan di kuartal I dan II tahun ini penyebabnya ada dari faktor internal dan eksternal,” kata Shinta saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (6/8).

Adapun faktor yang mempengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya kondisi perang dagang antara Cina dengan Amerika serta adanya perhelatan pemilu 2019. Akibatnya, pertumbuhan ekspor Indonesia ke luar negeri dan inbound investment dari luar ke Indonesia.

Oleh karena itu dia menilai, pertumbuhan ekonomi saat ini sangat tergantung pada faktor internal khususnya konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah. Sayangnya, kata Shinta, pengeluaran pemerintah sepanjang kuartal II 2019 tidak maksimal karena fokus pengeluaran hanya terkait pada pelaksanaan pemilu.

Di sisi lain, pengeluaran pemerintah juga dinilai tidak signifikan karena adanya antisipasi terhadap pergantian kepemimpinan yang dapat menyebabkan perubahan haluan konsentrasi kebijakan yang perlu dieksekusi oleh kementerian. Masalanya, meski pertumbuhan konsumsi nasional stabil, besaran pertumbuhannya dari tahun ke tahun sangat kecil yakni sekitar 5 persen hingga 5,1 persen.

“Bahkan konsumsi di Ramadhan dan Lebaran tahun ini pun nggak beri lonjakan berarti terhadap pertumbuhan konsumsi nasional,” kata dia.

Untuk itu di kuartal III dan IV, pertumbuhan ekonomi dapat terkoreksi dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah, ekspor, dan investasi. Menurut dia saat ini dari sisi domestik seharusnya berbagai permasalahan yang memicu perlambatan ekonomi dapat berkurang seiring dengan berlalunya pemilu.

“Kalau kabinet baru mengimplementasikan kebijakan pro bisnis dan investasi, ke depan ada peningkatan convidence pada investasi,” ujarnya.

Dia juga berharap setelah pelantikan kabinet nanti, pemerintah segera mengefisienkan regulasi dan biaya produksi di Indonesia guna membuka investasi yang lebih besar. Terkait dengan peluang peningkatan ekspor, menurutnya, produk Indonesia memiliki peluang ekspor sebab produk-produk Cina yang merupakan kompetitor dapat tersingkir di pasar Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement