Selasa 29 Apr 2025 14:31 WIB

IMF Proyeksikan Share Investasi terhadap PDB Indonesia Turun, Ekonom Soroti Program Ini

Ekonom mengkritisi belum optimalnya program hilirisasi yang jadi pendongkrak ekonomi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
International Monetary Fund (IMF) dalam laporan terbarunya memproyeksikan share investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mengalami penurunan pada 2025.
Foto: Dok Kementerian PU
International Monetary Fund (IMF) dalam laporan terbarunya memproyeksikan share investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mengalami penurunan pada 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Monetary Fund (IMF) dalam laporan terbarunya memproyeksikan share investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mengalami penurunan pada 2025. Menanggapi hal itu, ekonom mengkritisi belum optimalnya program hilirisasi, yang notabene menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Laporan IMF mengenai proyeksi share investasi terhadap GDP Indoensia 2025—2030 mencatatkan angka yang stagnan di kisaran 30—32 persen. Proyeksi pada 2025 adalah sebesar 31,18 persen, turun dari angka pada 2024 sebesar 31,96 persen. Lalu 31,15 persen pada 2026, 31,21 pada 2027, 31,24 persen pada 2028, dan 31,31 persen pada 2029, serta 31,39 persen pada 2030.

Baca Juga

“Meskipun di tahun 2025 tetap positif, tetapi share-nya menurun dari 31,9 menjadi 31,2, padahal sebenarnya rasio investasi ini memberikan dongkrakan yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi,” ujar Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman dalam agenda diskusi publik bertajuk ‘IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025—2026 Hanya 4,7 Persen, Indonesia Bisa Apa?’ yang digelar Universitas Paramadina secara daring, Senin (28/4/2025).

Rizal menyebut, struktur ekonomi Indonesia memang sangat tergantung pada, terutama consumption sekitar 55 persen, lalu investasi sekira 31 persen. Sehingga ada harapan yang besar bahwa share investasi bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi. 

“Ketidakmampuan meningkatkan rasio investasi ini tentu menunjukkan lemahnya efektivitas insentif investasi yang diberikan, minimnya reformasi struktural, dan belum optimalnya implementasi program hilirisasi dan industrialisasi untuk menarik investasi berkualitas,” jelasnya.

Sementara itu, Rizal melanjutkan, data BKPM mengenai perkembangan realisasi investasi triwulanan pada periode 2020—2024 menunjukkan  terjadinya perubahan struktur penanaman modal. Yang mana penanaman modal asing (PMA) semakin mengalami peningkatan, sebaliknya terjadinya penurunan pada penanaman modal dalam negeri (PMDN). 

“Total investasi mengalami pertumbuhan signifikan dengan capaian tertinggi pada kuartal IV/2024 sebesar Rp 452,8 triliun, didorong oleh kenaikan PMA yang lebih agresif dibandingkan PMDN,” terangnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement