Selasa 29 Apr 2025 06:01 WIB

IMF Pesimistis Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ekonom: Tahun Ini Ujung Tombaknya

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,7 persen di 2025.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
IMF dalam laporan terbarunya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sekitar 4,7 persen pada 2025. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
IMF dalam laporan terbarunya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sekitar 4,7 persen pada 2025. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Monetary Fund (IMF) dalam laporan terbarunya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sekitar 4,7 persen pada 2025. Padahal target pemerintah Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 untuk angka pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5,2 persen, yang secara konsisten ditargetkan bisa  mencapai target hingga 8 persen di pengujung pemerintahan Prabowo Subianto pada 2029. 

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman menilai, tahun ini merupakan tahun yang krusial bagi Kabinet Merah Putih untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dalam lima tahun ke depan. 

Baca Juga

“Tahun ini adalah ujung tombak, tahun dimana target pertumbuhan ekonomi yang pemerintah inginkan di akhir periode nanti mencapai 8 persen. Karena kalau tahun ini tidak di atas target pertumbuhan ekonomi, rasanya tahun depan juga tantangannya semakin besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan,” ujar Rizal dalam agenda diskusi publik bertajuk ‘IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025-2026 Hanya 4,7 Persen, Indonesia Bisa Apa?’ yang digelar Universitas Paramadina secara daring, Senin (28/4/2025). 

Rizal menjelaskan, IMF dalam World Economic Outlook April 2025 merilis proyeksi angka pertumbuhan ekonomi yang dinilai cukup mengejutkan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat menjadi 2,8 persen pada 2025, dan hanya sedikit pulih ke 3,0 persen pada 2026, dengan advanced economies stagnan di level rendah sekitar 1,4-1,5 persen. 

Sementara itu, emerging market dan developing economies, termasuk Indonesia diproyeksikan tumbuh 3,7 persen pada 2025 dan 3,9 persen pada 2026, yang mencerminkan penurunan daya dorong negara-negara berkembang dibandingkan tahun 2024. 

Secara spesifik untuk Indonesia, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2025 yakni 4,653 persen, anjlok dari angka 5,030 pada 2024. Kemudian diproyeksikan akan naik tipis pada 2026 menjadi 4,674 persen. Lantas, diproyeksikan pada 2027 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di 4,852 persen, lalu menjadi 4,951 persen pada 2028 dan 5,107 persen pada 2029. 

“Lambat sekali dengan keadaan seperti saat ini. Ini artinya bahwa ketidakstabilan proyeksi ini menunjukkan lemahnya pondasi pertumbuhan ekonomi jangka pendek bagi Indonesia,” ungkapnya. 

Menurut Rizal, fluktuasi tersebut mencerminkan belum efektifnya dan optimalnya hilirisasi dan industrialisasi, yang notabene menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. “Sehingga implikasinya, target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang digaungkan pemerintah semakin berat tantangannya, tanpa reformasi struktural yang nyata dan realistis terhadap tantangan ekonomi,” terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement