REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia siap mendukung upaya ketahanan pangan dan gizi yang digagas Badan Pangan Dunia atau Food and Agricultural Organization (FAO) di kalangan masyarakat Asia Tenggara. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menilai, upaya mewujudkan ketahanan pangan merupakan langkah pemersatu semua bangsa.
Menurutnya, masa depan ketahanan pangan bukan terletak pada perusahaan-perusahaan besar, melainkan ada di tangan jutaan keluarga petani. Untuk itu dia menitikberatkan upaya ketahanan pangan yang berkelanjutan harus menyasar ke keluarga petani.
“Sudah saatnya petani kadi fokus utama kebijakan dan program di sektor pertanian,” kata Amran saat memberikan sambutan dalam acara Regional Conference on Strengthening Southeast Asia's Food Security Nutrition and Farmers Welfare Through tje UN Decade of Family Farming, di Jakarta, Kamis (4/4), seperti dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id.
Dia menjabarkan, populasi keluarga petani hampir dari setengah populasi penduduk Indonesia. Menurutnya, masyoritas keluarga petani hanya memiliki lahan kurang dari satu hektare. Meski Indonesia memiliki iklim dan kekayaan sumber daya alam yang baik, dalam realitanya banyak tantangan di sektor pertanian, salah satunya adalah upaya pemberdayaan keluarga petani.
Amran menjabarkan, sejak 2014, Kementerian Pertanian (Kementan) telah melakukan fokus kebijakan pada upaya pemberdayaan petani. Upaya tersebut meliputi sejumlah peraturan yang mendukung pemberdayaan, pergeseran sistem pertanian tradisional ke pertanian modern, perubahan sistem pengadaan konvensional menjadi elektronik, peningkatan kolaborasi lintas sektor, adopsi teknologi, realokasi bantuan untuk kelompok menengah bawah, reformasi agraria, serta manajemen pasar untuk memastikan stabilitas stok dan harga pangan.
Selain upaya tersebut, Kementan juga tengah melakukan refocusing anggaran. Adapun alokasi anggaran untuk sarana dan prasarana pertanian pada 2014 hanya 35 persen, sedangman pada 2018 porsinya meningkat menjadi 85 persen. Menurutnya, penambahan pos anggaran sarana dan prasarana pertanian telah berdampak pada meningkatnya bantuan yang diberikan pemerintah kepada petani.
Berdasarkan catatan Kementan, pemberian bantuan alat pertanian meningkat sebesar 1.281 persen per tahun. “Kementan juga telah memfasilitasi perbaikan jaringan irigasi dan peningkatan bantuan pupuk dan benih,” katanya.
Dia menilai, semua program tersebut telah berkontribusi terhadap indeks pertanaman sehingga petani dapat meningkatkan kapasitas penanaman sebanyak dua kali dalam setahun. Targetnya, kata dia, skala pola penanaman bisa meningkat sebanyak tiga kali setahun.
Asisten Direktur Jenderal FAO Kundhavi Kadiresan mengapresiasi berbagai program dan capaian pembangunan pertanian yang berlangsung. Di Asia Tenggara, menurutnya, sebagian besar lahan pertanian dimiliki petani kecil yang memiliki lahan kurang dari lima hektate. Di Indonesia, jumlah tersebut lebih kecil, yakni setiap petani hanya mengolah lahan kurang dari satu hektare.
“Kami sepakat, memberdayakan pertanian dari sektor keluarga petani akan membantu mengatasi akar penyebab kerawanan pangan dan kekurangan gizi,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo menyatakan, sebagian besar masyarakat desa merupakan kalangan petani. Oleh karena itu, kerja sama antara Kementan institusi lainnya yang memiliki program pedesaan sangat penting untuk memajukan masyarakat pedesaan.
Menurutnya, yang perlu dijadikan fokus ke depan dalam pembangunan pertanian desa adalah manajemen lahan yang sempit. “Selain itu juga perlu peningkatan produktivitas, skil serta profesionalitas petani melalui bisnis model yang tepat,” katanya.
Dalam acara yang berlangsung tersebut, disampaikan oleh berbagai perwakilan instansi bahwa sektor pertanian Indonesia telag menorehkan sejumlah prestasi. Misalnya sejumlah capaian pengikatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesae 34,3 persen.
Selain itu disebutkan sejumlah capaian di antaranya peningkatan ekspor pertanian sebesar 29,7 persen, peningkatan investasi asing di sektor pertanian sebesar 110 persen, dan penurunan tingkat onflasi sebesar delapan persen. Lebih lanjut disebutkan, capaian serupa meliputi penurunan tingkat penderita stunting untuk anak usia 2 tahun sebesar 9, persen serta tingkat kemiskinan yang berada pada angka satu digit yakni 9,66 persen.