Jumat 21 Nov 2025 13:20 WIB

Bapanas Minta Bulog Siapkan Gudang Tambahan Serap Tiga Juta Ton Beras

Bulog menyiapkan strategi penyerapan dan perkuatan sistem pergudangan.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Satria K Yudha
Petugas mengamati proses pengemasan beras SPHP saat sidak di Gudang Bulog Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (9/10/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Petugas mengamati proses pengemasan beras SPHP saat sidak di Gudang Bulog Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (9/10/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pangan Nasional meminta Perum Bulog menambah kapasitas gudang untuk menghadapi kebutuhan serapan gabah dan beras pada awal 2026. Pemerintah menargetkan Bulog mampu menyerap hingga 3 juta ton selama puncak panen sehingga kesiapan fasilitas penyimpanan menjadi faktor penentu stabilitas pasokan beras nasional.

Kepala Badan Pangan Nasional Andi Amran Sulaiman menilai kinerja pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sepanjang 2025 menjadi capaian historis yang mencerminkan perbaikan tata kelola pangan. Ia menyebut stok CBP tahun ini diproyeksikan menembus lebih dari 3 juta ton tanpa impor, tertinggi dalam puluhan tahun terakhir.

Baca Juga

"Kami datang menyampaikan apresiasi Presiden kepada Bulog. Stoknya tertinggi sepanjang sejarah dan ini hasil kerja keras seluruh jajaran,” kata Amran, Jumat (21/11/2025).

Bapanas mencatat stok akhir CBP belum pernah mencapai 3 juta ton dalam 18 tahun. Pada 2008 stok berada di 1,1 juta ton, tahun 2009 sebesar 1,6 juta ton, dan periode 2019–2021 bergerak di kisaran 2,2 juta ton, 1,9 juta ton, dan 0,8 juta ton. Adapun stok per 19 November 2025 mencapai 3,903 juta ton, terdiri dari 3,719 juta ton CBP dan 183,6 ribu ton beras komersial.

Bulog telah mengamankan pengadaan dalam negeri sebanyak 3,325 juta ton, mencakup 3,107 juta ton CBP dan 217,9 ribu ton komersial. Penyaluran CBP mencapai 1,094 juta ton untuk penugasan pemerintah seperti stabilisasi pasokan dan harga, bantuan pangan, penanganan bencana, serta kebutuhan golongan anggaran aparatur sipil negara.

Amran menekankan Februari hingga April 2026 sebagai periode krusial penyerapan beras dari petani. Ia menyebut kesiapan gudang harus dipercepat mengingat volume stok tahun ini lebih tinggi dibanding capaian sebelumnya. “Penyerapan 3 juta ton itu butuh kesiapan sejak sekarang. Tantangannya di gudang, meski saya yakin Bulog punya pengalaman untuk mengelolanya,” ujar Amran.

Proyeksi produksi beras Indonesia dari Food and Agriculture Organization (FAO) turut memperkuat optimisme pemerintah. Dalam laporan Food Outlook edisi November 2025, FAO memprediksi produksi beras Indonesia musim 2025–2026 mencapai 36 juta ton, naik dari proyeksi sebelumnya 35,6 juta ton. Indonesia disebut menjadi produsen terbesar di Asia Tenggara.

Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menegaskan kesiapan institusinya mengantisipasi peningkatan produksi. Bulog menyiapkan strategi penyerapan dan perkuatan sistem pergudangan untuk menampung stok pada puncak panen. “Hari ini kami menggelar Rakernas dan salah satu poin pentingnya antisipasi lonjakan panen seiring peningkatan produksi hulu,” kata Rizal.

Ia menerangkan kapasitas gudang Bulog saat ini menampung 3,8 juta ton dan diperkirakan tersisa 3,2 juta ton pada akhir Desember. Penambahan kapasitas pergudangan dinilai mendesak menjelang masa serapan besar pada Februari hingga Mei 2026.

Rizal juga menjelaskan arahan Presiden Prabowo Subianto terkait percepatan pembangunan 100 infrastruktur pascapanen yang mencakup gudang beras dan jagung, pengering, unit penggilingan, silo, dan fasilitas rice to rice. Sebanyak 51 unit akan dibangun di lahan Bulog dan 49 di lahan hibah pemerintah daerah dengan prioritas wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement