REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia Pandu Patria Sjahrir menyampaikan tekad Danantara dalam meningkatkan kontribusi BUMN kepada negara dan masyarakat. Pandu menyampaikan banyaknya jumlah BUMN maupun anak-cicit usaha tak berbanding lurus dengan kontribusinya.
"Dari 1.060 perusahaan yang ada di bawah Danantara, yang memberikan dividen itu hanya 95 persen datang dari delapan perusahaan atau kurang dari satu persen. Yang rugi itu minimal 52 persen, itu pun dari percantik-percantik (laporan keuangan)," ujar Pandu dalam acara Antara Business Forum di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (19/11/2025).
Pandu menyampaikan Danantara pun berencana melakukan konsolidasi terhadap BUMN-BUMN dengan fokus bisnis sejenis. Pandu menyebut BUMN cukup memiliki satu perusahaan asset management yang besar agar mampu bersaing di skala regional.
"Ini contoh, masak Pertamina punya rumah sakit banyak sekali. Bisnisnya migas. Itu sekarang kita speed up, kita bikin Danantara hospital group yang sebenarnya dari sisi tempat tidur dan RS itu terbesar di Indonesia," ucap Pandu.
Pandu mengatakan Ebitda margin RS-RS BUMN hanya berada di angka delapan persen atau jauh di bawah RS swasta yang mencapai 40 persen. Dengan konsolidasi, Pandu menargetkan Ebitda RS BUMN melonjak hingga 40 persen di tahun kedua.
Tak hanya itu, lanjut Pandu, Danantara juga telah meluncurkan program Waste to Energy dengan target investasi sebesar lima miliar dolar AS atau sekitar Rp80 triliun. Pandu menyebut pengelolaan sampah menjadi energi skala nasional merupakan wacana sejak sepuluh tahun lalu yang baru bisa direalisasikan saat ini.
"Masalah utama ini adalah masalah krisis sampah secara nasional. Ini udah krisis," lanjut Pandu.
Pandu menyebut Danantara membuka pintu bagi pihak swasta yang ingin berinvestasi dalam program tersebut. Pandu mengatakan Danantara telah menunjuk 24 perusahaan dari total 200 penawaran yang masuk.
"Kita memilih 24 dan kami milih pakai pihak ketiga dan fokusnya kepada siapa yang bisa mengatasi masalah lingkungan menggunakan teknologi dan biaya terbaik. Ada yang dari Korea, Jepang, Cina, Eropa karena ini adalah proyek terbesar di dunia sekarang. Jadi semua berlomba-lomba," kata Pandu.