REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) masih menunggu Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) dalam merampungkan studi kelaikan proyek Kereta Semicepat Jakarta-Surabaya.
"Kemarin 'kan pra-studi kelaikan, sekarang studi kelaikan, sedang dalam proses, mungkin dalam setahun atau lebih," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri usai konferensi pers akhir tahun 2018 di Jakarta, Kamis (13/12).
Ia mengungkapkan bahwa studi kelaikan cenderung lama karena mencari formula agar besaran investasi proyek tidak lebih dari Rp 60 triliun.
"Kereta Jakarta-Surabaya lama karena investasi, Menteri minta tidak lebih dari Rp 60 triliun, sekarang mereka sedang hitung," ujarnya.
Zulfikri mengatakan Kemenhub juga telah menyampaikan terkait syarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang harus dipenuhi. Selain itu, menurut dia, salah satu sebab studi kelaikan memakan waktu lama adalah waktu tempuh yang dipatok harus 5,5 jam dan tidak boleh lebih.
Proyek Kereta Semicepat Jakarta-Surabaya mengalami sejumlah perubahan dalam perencanaannya, yakni terkait lintasan yang awalnya akan dibangun secara layang atau "elevated", namun hal itu semakin membuat besaran investasi membengkak.
Selain itu, proyek kerja sama dengan Jepang tersebut terkendala dengan banyaknya perlintasan sebidang hingga mencapai 1.000 perlintasan, sementara kecepatan akan ditingkatkan rata-rata menjadi 145 kilometer per jam.
Baca: SPBU Insidental Diminta Siaga di Jalur Tol Trans Jawa