Rabu 07 Nov 2018 15:55 WIB

Indonesia Pimpin Aksi Penanggulangan Zoonosis Tingkat Global

Tiga kunci pengurangan risiko pandemi adalah koordinasi, advokasi, dan kolaborasi

Red: EH Ismail
Pebi Purwo Suseno dari Kementan sedang menjelaskan tentang Implementasi One Health di Indonesia, mulai dari aspek prevent, detect, dan juga respond kepada peserta Zoonotic Diseases Action Packages dalam acara Global Health Security Agenda (GHSA) Ministerial Meeting
Pebi Purwo Suseno dari Kementan sedang menjelaskan tentang Implementasi One Health di Indonesia, mulai dari aspek prevent, detect, dan juga respond kepada peserta Zoonotic Diseases Action Packages dalam acara Global Health Security Agenda (GHSA) Ministerial Meeting

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Indonesia menegaskan komitmen pencegahan dan penanggulangan penyebaran penyakit zoonosis (penyakit hewan yang menular terhadap manusia) secara global. Hal tersebut dibuktikan oleh Indonesia dengan menjadi tuan rumah dan memimpin pertemuan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis yang merupakan salah satu rangkaian acara Global Health Security Agenda (GHSA) Ministerial Meeting yang diselenggarakan pada tanggal 5-8 November di Nusa Dua, Bali.

Sebanyak 15 negara yang tergabung dalam Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP) hadir membahas pencapaian dan rencana aksi implementasi 2014-2019. Rencana aksi implementasi ini menjadi salah satu hal penting yang dicapai oleh kepemimpinan Indonesia dalam forum internasional pengendalian penyakit zoonosis.

Dalam rencana aksi tersebut beberapa hal penting disetujui bersama, termasuk dukungan masing-masing negara anggota ZDAP untuk melanjutkan penanganan penyakit zoonosis, pertukaran informasi, peningkatan kapasitas, serta komitmen jangka panjang penanganan tanggap darurat zoonosis.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK, Sigit Priohutomo mengatakan, sudah banyak upaya yang telah dilakukan Indonesia untuk meningkatkan kapasitas sumber daya di bidang kesehatan terpadu dalam menanggulangi ancaman kesehatan global, khususnya zoonosis. Salah satunya dengan menginisiasi kerjasama lintas sektor.

“Tiga kunci keberhasilan pengurangan risiko pandemi adalah koordinasi, advokasi, dan kolaborasi antar stakeholder (pemangku kepentingan) terkait,” kata Sigit dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.

Menurut Sigit, kerja sama lintas sektor dalam pencegahan dan pengendalian zoonosis tersebut diwujudkan melalui kerjasama program Emerging-Pandemic Threats (EPT-2) dengan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Kerja sama ini melibatkan Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah daerah, serta organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO).

Sementara itu, , Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan, Indonesia telah mempunyai sistem kewaspadaan dini dan respons yang terintegrasi untuk mengatasi ancaman pandemi (penyakit yang menyebarluas) pada manusia.

 “Salah satu keberhasilan dalam pengendalian zoonosis ialah dengan menurunnya angka kasus flu burung pada manusia, sejalan dengan menurunnya kasus pada hewan melalui kerjasama antara petugas lapangan dari sektor kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan,” ujar Anung.

Sedangkan , Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menegaskan,kesehatan hewan sangat berperan penting terhadap terciptanya kesehatan global, terlebih karena hewan adalah salah satu sumber pangan. Oleh karena itu, upaya pengendalian zoonosis merupakan prioritas utama dalam kesehatan hewan untuk meminimalisir ancaman pada kesehatan masyarakat dan meningkatkan ekonomi industri peternakan. 

I Ketut mengatakan, perlu adanya peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan hewan dalam deteksi, pencegahan, dan respon terhadap penyakit hewan, terutama zoonosis.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno menambahkan, penanggulangan zoonosis yang bersumber dari satwa liar juga penting. “Pembangunan Sistem Informasi Pelaporan Kesehatan Satwa Liar (SEHATSATLI) merupakan salah satu upaya deteksi dini penyakit pada satwa liar di ex-situ yang berpotensi menular pada hewan domestik dan manusia,” jelasnya.

Wiratno melanjutkan, pihaknya juga berkomitmen menanggulangi zoonosis dengan membentuk gugus tugas “One Health” yang anggotanya terdiri dari lintas sektor untuk pengendalian zoonosis bersumber satwa liar.

Konsulat Jenderal Amerika Serikat Mark McGover, mengapresiasi Indonesia yang telah berhasil mengembangkan integrasi dan koordinasi lintas sektoral untuk mendeteksi, mencegah dan menanggulangi ancaman pandemi. Ia menegaskan diperlukan komitmen lebih lanjut, guna memastikan sistem yang telah ada dapat terus berjalan dengan baik.

McGovern memastikan sistem yang telah dikembangkan berjalan dengan baik, maka perlu untuk mengenali peran dari setiap kementerian dan lembaga terkait dalam mendukung keamanan kesehatan global. ”Pemerintah Amerika Serikat sebagai negara sahabat siap mendukung Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitas dalam mencegah dan mengendalikan zoonosis,” tuturnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement