Rabu 23 Aug 2017 03:13 WIB

Turunnya Suku Bunga Diharapkan Dorong Akselerasi Sektor Riil

Rep: RAHAYU SUBEKTI/ Red: Budi Raharjo
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati
Foto: ROL/Nursari Indah M
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Development of Economics & Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan turunnya suku bunga acuan Indonesia saat ini bisa mendorong akselerasi sektor riil. Bank Indonesia menurunkan suku bunga ke level 4,50 persen dari 4,75 persen, Selasa (22/8).

Dia mengatakan saat ini masalah utama yaitu pada sektor fiskal. "Moneter kan hanya pengendali rem, kekuatan gas ada di fiskal," kata Enny kepada Republika, Selasa (22/8).

Dia menambahkan, suku bunga acuan BI saat ini mengikuti apa yang terjadi di pasa. Secara makro, lanjut Enny, ekonomi memang membutuhkan relaksasi yang harus dilakukan saat ini.

Menurutnya ada beberapa variabel yang sangat mendukung. "Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat dan investment grade serta capital inflow cukup besar," ujar Enny.

Lalu variabel lain juga terkait cadangan devisa yang memadai serta neraca pembayaran surplus. Enny mengatakan target pemwribtah untuk tahun depan juga 5,4 persen dan rencana kenaikan Fed sudah diantisipasi.

Enny juga mengatakan setelah keputusan BI tersebut, transmisi kebijakan oleh perbankan bisa dilakukan dengan. "Biasanya kalau suku bunga deposito atau DPK biasanya cepat bahkan langsung," tutur Enny.

Tapi, kata dia, kalau suku bunga kredit masih ada regiditas. Menurutnya hal itu terjadi karena banyak faktor termasuk iklim usaha yang masih belum kondusif sehingga potensi NPL masih cukup tinggi dan menjadi alasan bank.

Begitu juga dengan masalah-masalah klasik lainnya. "Kalau bank-bank BUMN mulai menurunkan suku bunga dan devidennya juga tidak dipatok tinggi baru bisa transmisi kebijakan segera dilakukan," jelasnya.

Menurut Enny hal itu bisa saja terjadi katena Bank BUMN merupakan sepuluh terbesar dan bisa menjadi leader. Hanya saja menurutnya berbagai kepentingan politik harus dihilangkan. Rahayu Subekti

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement