REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat menyatakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR) menjadi salah satu tantangan bagi penerbitan obligasi tahun ini. Pasalnya, kenaikan FFR diprediksi meningkatkan bunga obligasi di negara berkembang.
Bank Mandiri pun berencana menerbitkan obligasi tanpa kupon sebagai bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) I Tahap II 2017. Menurut Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira risiko kenaikan FFR tidak akan terlalu terasa bila membeli obligasi tanpa kupon.
Ia menjelaskan, bbligasi tanpa kupon tidak membayar bunga secara periodik, tapi harga pada saat jatuh tempo tentu lebih besar dibanding saat pembelian. "Jadi sebenarnya investor bisa mendapat untung dari pembelian obligasi tersebut," ujarnya kepada Republika, Senin, (8/5).
Bagi Bhima, penerbitan obligasi tanpa kupon tetap menarik. Hanya saja bila obligasi tanpa bunga tersebut diterbitkan secara global, menurutnya, memiliki risiko fluktuasi kurs lebih besar.
"Profil risikonya lebih tinggi dibandingkan denominasi mata uang lokal," tegasnya. Obligasi tanpa kupon sendiri merupakan obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga secara berkala. Jadi pemegang obligasi berhak untuk menerima pembayaran secara penuh pada saat telah ditentukan masa jatuh tempo obligasinya.