Jumat 05 May 2017 07:29 WIB

Apersi Jatim Targetkan Bangun 12 Ribu Rumah Bersubsidi Tahun Ini

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah subsidi pemerintah program Sejuta Rumah Murah di Desa Sambirejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (22/6).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah subsidi pemerintah program Sejuta Rumah Murah di Desa Sambirejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Asosiasi Pengembang dan Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi) Jawa Timur menargetkan dapat membangun 12 ribu unit rumah bersubsidi selama 2017. Hingga kuartal pertama 2017, realisasi pembangunan rumah bersubsidi mencapai 30 persen.

Ketua Apersi Jatim Supratno mengatakan, pembangunan rumah bersubsidi tersebut tersebar di seluruh Jawa Timur, kacuali Surabaya. Sebab, harga tanah di Surabaya tidak terjangkau oleh pengembang jika harus menjual rumah bersubsidi sesuai ketentuan pemerintah yakni seharga Rp 123 juta. Harga tanah di Surabaya sudah mencapai 30 juta per meter persegi. Sementara daerah pinggiran Surabaya yakni Mojokerto, Gresik dan Sidoarjo pembangunan rumah bersubsidi hanya sebagian kecil.

"Target ini tersebar di seluruh Jatim mulai Tuban sampai Banyuwangi, mulai Trenggalek sampai Pasuruan. Realisasi sampai kuartal pertama 2017 sudah sekitar 30 persen itu karena sisa tahun lalu sudah terbangun kemudian baru realisasi tahun ini," kata dia kepada wartawan di Surabaya, Kamis (4/5).

Menurut Supratno, berdasarkan data BPS, kebutuhan rumah yang tdk disuplai oleh pengembang atau pemerintah atau disebut backlog masih sekitar 550 ribu unit. Sehingga potensi pasarnya dinilai sangat besar bagi para pengembang.

"Masih ada banyak orang butuh rumah tapi belum tersedia. Karena pengembang tidak mampu memberikan pembanguna dengan harga murah seperti disarankan pemerintah," ungkapnya.

Supratno mengakui penjualan rumah yang harganya di atas Rp 500 juta mengalami pelambatan. Namun, penjualan rumah bersubsidi selalu habis terjual. Supratno menyatakan, saat ia baru mengurus izin pembangunan 400 rumah di Bangkalan, semua unit sudah habis terjual.

Sebagian besar pembeli berasal dari Surabaya. Lokasi di Bangkalan dinilai cukup dekat dengan Surabaya. Sebab, saat ini telah tersedia akses jembatan Suramadu. "Kalau di Surabaya tetap tumbuh. Tahun 2016 di Surabaya catatan Dispendukcapil ada 36 ribu urban, artinya sebulan 3.000 orang. Kalau 10 persennya berhasil, ada 300 orang butuh rumah tiap bulan. Surabaya pasar yang tumbuh," jelasnya.

Supratno juga optimistis pertumbuhan properti tahun ini bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu. Namun, kondisi politik terkait pelaksanaan Pilkada serentak 2017 dan Pemilu Legislatif serta Pilpes 2019 diperkirakan mempengaruhi kondisi ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement