Jumat 17 Feb 2017 10:36 WIB

Kebijakan BI Dinilai Tutup Peluang Pelonggaran Moneter Lanjutan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 4,75 persen. Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan, keputusan BI tersebut menunjukkan kekhawatiran yang bertambah, baik terhadap pengetatan lanjutan the Fed maupun risiko naiknya inflasi domestik.

"Tendensi tersebut sekaligus menutup peluang pelonggaran di kuartal 1 2017 dan bahkan bisa memicu pengetatan jelang akhir tahun," ujar Rangga, Jumat (17/2).

Rangga memprediksi BI 7 Day Reverse Repo rate akhir 2017 masih dipertahankan di 4,75 persen sebelum mulai naik bertahap ke 5,25 persen di 2018. Pernyataan resmi BI, kata Rangga, menambah kesan kekhawatiran terhadap risiko global dan inflasi domestik. Dari global, tendensi Yellen yang lebih hawkish juga mengangkat ekspektasi BI terhadap jadwal kenaikan FFR target lanjutan yang lebih dini di 2017, FOMC meeting berikutnya dijadwalkan pada 14-15 Mar17.

"Ditambah dengan risiko kebijakan Trump, Brexit, geopolitik di Uni Eropa serta inflasi domestik yang mendekati target BI, BI seakan lebih menekankan kestabilan finansial daripada mendukung pertumbuhan atau baca pelonggaran moneter," tutur Rangga.

Namun secara historis, kata Rangga, korelasi positif antara suku bunga acuan BI dengan Fed Fund Rate masih jauh lebih rendah dibanding faktor lain seperti inflasi domestik atau imbal hasil SUN. Dalam 14 bulan terakhir FFR target sudah naik 50bps tetapi BI RR rate justru dipangkas 150bps.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement