Selasa 27 Nov 2018 16:58 WIB

Perbankan Dukung Kebijakan Moneter BI Tahun Depan Asal....

Risiko eksternal untuk negara berkembang sudah bisa berkurang sedikit demi sedikit.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa (27/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan mendukung kebijakan moneter BI yang ahead the curve pada tahun depan. Termasuk, kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI 7 RRR). Namun, kebijakan yang dikeluarkan bank sentral diharapkan terukur.

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, tidak masalah bila BI kembali menaikkan BI 7 RRR. Asalkan, kata Jahja, kenaikannya tidak mengagetkan. 

"Misal naiknya sampai tiga persen. Kalau naiknya cuma 0,25 persen, saya lihat bisnis bisa menyesuaikan bila naiknya pelan-pelan yang penting jangan kaget," katanya saat ditemui wartawan di Senayan, Jakarta, Selasa, (27/11).

Menurutnya, bila terjadi pelonjakan mendadak pada suku bunga maupun kurs rupiah, bank tidak siap. Sebaliknya bila kenaikan tidak mengejutkan, meski tahun ini suku bunga acuan BI terus naik hingga enam persen namun pertumbuhan kredit justru lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. 

"Itu bukti kalau suku bunga nggak berkaitan dengan permintaan kredit. Kecuali kredit konsumer, kalau seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) itu terpengaruh, karena kalau bunganya naik permintaan langsung menurun," tutur Jahja. 

Hanya saja, kata dia, untuk kredit modal kerja dan investasi, prospek pasarnya malah bagus. "Orang melihat prospek pasar, buying power kuat, otomatis orang tambah kredit walau pun naik-naik sedikit juga nggak apa-apa," katanya.

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi menambahkan, dengan kebijakan BI yang ahead of the curve serta preemptive pada 2019, risiko untuk negara berkembang sudah bisa berkurang sedikit demi sedikit. "Rupiah pun sudah di level Rp 14.500 per dolar AS, ini suatu indikasi positif," katanya pada kesempatan serupa.

Citi Indonesia, kata dia, pun tengah melihat pergerakan suku bunga AS atau The Fed. "Karena tahun ini masih ada kemungkinan naikkan suku bunganya satu kali lagi dan juga tahun depan," kata Batara. 

Selanjutnya, Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M Siahaan mengatakan, langkah-langkah Bank Indonesia perlu diapresiasi. "Maka langkah fiskal dan bagaimana kita sebagai industri dan pelaku keuangan saling bersinergi untuk menjaga pertumbuhan tapi volatilitas membaik. Nilai tukar mata uang juga membaik," tuturnya pada acara kesempatan sama. 

Sebelumnya, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, kebijakan moneter bank sentral ahead the curve dan preemptive akan dipertahankan pada 2019. Hal itu demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement