REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo melakukan pembacaan Nota Keuangan untuk Rancangan Anggaran Penerimaan Belanja Negara (RAPBN) 2017. Dalam asumsi Makro Ekonomi 2017, pemerintah berharap terdapat asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia di kisaran 45 dolar AS per barel. Peningkatan kebutuhan energi dalam rangka pemulihan ekonomi global, akan menjadi faktor yang mempengaruhi harga minyak pada tahun 2017.
Sedangkan untuk volume minyak dan gas bumi yang siap dijual selama tahun 2017 pemerintah memperkirakan mencapai 1,93 juta barel setara minyak per hari. Jumlah ini terdiri dari produksi minyak bumi sebesar 780 ribu barel per hari dan gas bumi sekitar 1,15 juta barel setara minyak per hari.
"Asumsi dasar ekonomi makro yang ditetapkan tersebut mencerminkan kondisi perekonomian terkini serta memperhatikan proyeksi perekonomian mendatang sehingga diharapkan akan lebih realistis dan kredibel," kata Jokowi, Nota Keuangan untuk Rancangan Anggaran Penerimaan Belanja Negara (RAPBN) 2017. Pembacaan Nota Keuangan ini dilakukan di Gedung DPR, Selasa (16/8).
Untuk mendukung perbaikan kondisi fiskal dalam 2017, Presiden Jokowi melihat tiga hal yang bisa menjaga perekonomian Indonesia tetap tumbuh. Pertama, kebijakan perpajakan tahun 2017 harus dapat mendukung ruang gerak perekonomian nasional. Selain sebagai sumber penerimaan, perpajakan diharapkan dapat memberikan insentif untuk stimulus perekonomian.
Kedua, dalam kebijakan belanja pemerintah pusat maupun daerah bakal ditekankan pada pada peningkatan kualitas belanja produktif dan prioritas, antara lain difokuskan untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur, perlindungan sosial, subsidi yang lebih tepat sasaran, dan penguatan desentralisasi fiskal. Ketiga, kebijakan pembiayaan untuk memperkuat daya tahan dan pengendalian risiko dengan menjaga defisit dan rasio utang.