Sabtu 04 Jun 2016 21:24 WIB

Operasi Pasar Dinilai tak Selesaikan Masalah Distribusi Pangan

Rep: C36/ Red: Nur Aini
Antrean warga membeli sembako murah pada operasi pasar oleh Forum Bulog Divre Jabar, di daerah Sadangluhur RW 15, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Kamis (2/5).  (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Antrean warga membeli sembako murah pada operasi pasar oleh Forum Bulog Divre Jabar, di daerah Sadangluhur RW 15, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Kamis (2/5). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APSSI), Ngadiran, menilai kegiatan operasi pasar yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan harga pangan dinilai tidak efektif. Kebijakan operasi pasar yang setiap tahun dilakukan belum memberikan dampak signifikan bagi kestabilan harga pangan secara jangka panjang.

"Operasi pasar dilakukan setiap tahun, tetapi  kenaikan harga-harga bahan pangan juga terjadi setiap tahun. Seolah operasi pasar hanya menjadi pemadam kebakaran sesaat," ujar Ngadiran kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (4/6).

Selain harga yang tetap stabil tinggi untuk beberapa komoditas seperti daging sapi dan beras, indikasi tidak efektifnya operasi pasar juga dilihat dari anggaran yang digunakan. Menurut Ngadiran, dana untuk operasi pasar yang bersumber dari APBN dan APBD sebetulnya dapat digunakan untuk program pangan yang lain.

Dia mengatakan, ada satu masalah penting yang tidak terselesaikan dengan operasi pasar, yakni persoalan distribusi. Pihaknya menduga tingginya harga pangan disebabkan banyaknya mafia harga (pemburu rente) dalam proses distribusi.

Bahkan, menurut penelusurannya, mafia harga terlibat dalam hampir setiap komoditas pangan hasil impor. "Rente-rente itu ada di produk, beras, daging sapi, bawang. Alur distribusi dibuat semakin panjang sehingga akhirnya harga di pasaran tinggi," ungkap dia.

Ia mencontohkan harga daging sapi dan daging ayam yang merangkak naik jelang Ramadhan diduga disebabkan proses distribusi. Untuk mengatasi kenaikan harga pangan 'musiman' dan harga secara jangka panjang, Ngadiran menyarankan pemerintah agar menuntaskan persoalan distribusi secara bertahap.

"Yang lebih efektif dilakukan adalah menelusuri dan memperbaiki harga satu hingga dua komoditas pangan per tahunnya. Harus tuntas bertahap. Jika tidak, persoalan harga pangan tidak pernah selesai," katanya.

Sebelumnya, operasi pasar terhadap sejumlah bahan pangan terus dilakukan, namun harga di pasar tetap tinggi. Perum Bulog selaku salah satu pelaksana OP menyebut, efektivitas OP belum terasa karena kegiatan tersebut baru berjalan beberapa hari.

Di sisi lain, pergerakan harga turun memang tidak bisa sekaligus. Menurut Bulog, OP akan berdampak, tapi tetap mempertimbangkan kesehatan pasar. "Tidak, kok, OP efektif, tapi memang tidak ideal karena sedikit terkendala keterbatasan dan keterjangkauan," kata Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti, di Jakarta, Jumat (3/6).

Baca juga: Peternak Lokal Dinilai tak Bisa Jual Daging Sapi Rp 80 ribu per Kg

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement